Home | Looking for something? Sign In | New here? Sign Up | Log out

Sabtu, 02 Oktober 2010

Pesan Terakhirku Untuk Mu Ukhti ...

Sabtu, 02 Oktober 2010

Assalammu'alaikum wr...wb...

Ukhti, terlalu egois rasanya bila antum bilang semata-mata ini
adalah salah antum
dan yang harus minta maaf hanyalah antum,
jelas saja ini juga adalah salah ana dan yang harusnya lebih dulu
minta maaf mungkin adalah ana karna membiarkan semua ini terjadi, padahal kita tahu
ini adalah salah, kenapa kita terus melakukan hal ini lagi,
kenapa dihati kita lebih takut ketahuan saudara, temen, musrif/musrifah
kenapa kita tak takut ketahuan Allah? padahal Allah maha tahu segala2nya,

malu rasanya bila kita menganggap diri kita sebagai seorang pengemban dakwah
namun sikaf dan perilaku kita sungguh jauh dengan syariah
kita berkoar-koar ingin menerapkan syariah dan khilafah namun menerapakan syariah
secara pribadi pun kita tak sanggupp,
kita benci terhadap hukum jahilah tapi kenapa prilaku kita msih jahiliah,
mengapa kita tak sanggup menjaga izzah kita masing2?

Astagfirullah begitu halus setan bermain dalam hati kita,
mungkin kita selalu beranggapan, ini kan hanya chat/smsan/ gak pernah tatap muka
tpi ternyata itu hanya bisikan setan kita telah terperdaya oleh kata2nya
sehingga seolah2 yang kita lakukan ini sudah termasuk islami namun ternyata
yg kita lakukan ini mencerminkan seorang yg munafik sekali
Astagfirullah hal adzim...

sebenarnya sudah lama ana ingin mengakhiri ini,
karna diantara kita kan tidak ada ikatan apapun,
tapi kenapa begitu berat rasanya,
seolah tak ingin kehilangan sesuatu yg berharga dalm diri ini,
astagfirullah ternyata kita telah mempertahankan sebuah kemaksiatan,,

Ukhti, klo boleh jujur sebenarnya sudah lama ana menaruh hati sama antum,
ana juga tak tahu kenapa ini harus terjadi,
karna ana tahu mengharapkan antum adalah suatu kemustahilan bagi ana,
berkali-kali ana buang jauh2 rasa ini tapi kenapa tak bisa hilang2,
ana berharap rasa ini terjadi hanya karna Allah,
bukan karna fisik,materi,atau yg lain sebagainya,

ketika kemaren ana tanya
seandainya saja ana mengkhitbah antum, apakah antum bersedia,
dan antum bilang bersedia, subhanallah begitu bahagianya hati ini,
meskipun itu hanya sebuah kalimat "pengandaian" tpi knpa kata2
itu tak bisa hilang dalam benakku ini,

Ukhti senang rasanya tlah mengenal sosok antum, yg bisa diajak bicara kesegala arah,
setidaknya kehadiran antum telah menjadi sebuah catatan sejarah dalam perjalanan kehidupan ana
terima kasih Ukhti, dlm sms antum selalu mengingatkan ana,
karna memang setiap waktu ana selalu melakukan kesalahan...

Ukhti antum tak perlu minta maaf dan yang seharusnya minta maaf hanyalah ana
"ana mohon maaf sedalam-dalamnya, dan semoga Allah juga memaafkan
segala kehilafan yang pernah kita lakukan, baik di sengaja atau pun tidak,
disadari atau tidak disadari,
dirasa atau tidak dirasa, besar ataupun kecil, semoga Allah yang Maha Pengampun
mengampuni kesalahan kita." 

ana juga minta maaf bila dalam pesan ini terdapat
kalimat yang membuat antum semakin terluka atau kecewa,
semoga saja pesan ini membuka mata hati kita
untuk tidak mengulangi kesalahan ini untuk yang kedua kalinya
dan semoga saja ini akan menjadi sebuah pelajaran yang teramat berharga
dalam hidup kita, mungkin Allah SWT mempunyai rencana lain dalam kehidupan kita.

Ukhti walaupun didunia nyata ini kita tak bisa bersama,
namun ana sangat berharap semoga Allah mempertemukan kita di jannahNya kelak,

syukron atas kesedian antum meluangkan untuk membaca sekilas pesan ini
biarlah cerita ini akan menjadi rahasia kita bersama dan para malaikat menjadi saksinya

wabilahitaufik wal hidayah waridho wal inayah
wassalammu'alaikum wrwb...

sahabatmu..
mpudz.....
jakarta, 2 okt 2010

1 komentar:

UNGKAPAN RASA PENGHIAS QOLBU mengatakan...

jayyid jiddan.....
uhibbuka fillah...
la tahzan ya ghulam...

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 

Follow me in the Fb

Followers

Page Range

Mutiara Kata

“Kita asyik dengan pertarungan militer, sukses menempa hati ikhlas, berhasil menciptakan cinta mati syahid. Tetapi, kita lalai memikirkan kekuasaan (politik). Kita tak sepenuh hati menggelutinya. Kita masih memandang bahwa politik adalah barang najis. Akhirnya, kita sukses mengubah arah angin; kemenangan dengan pengorbanan yang mahal bisa kita raih. Tetapi, menjelang babak akhir, saat kemenangan siap dipetik, musuh-musuh melepaskan tembakan ‘rahmat’ untuk menjinakkan kita.” (Tokoh Jihad Afghan-Arab)