Home | Looking for something? Sign In | New here? Sign Up | Log out

Jumat, 30 Juli 2010

cerita lintang

Jumat, 30 Juli 2010
Teringat sosok lintang dalam sebuah film laskar pelangi yang mempunyai karakter cerdas, bertanggung jawab, dan berjiwa pemimpin dalam keluarganya, dia memainkan peran sebagai anak levis(leweng pisan) yang tinggal dipesisir pantai yang jauh dari tetangga, saudara, sekolah, pasar, mall, warnet dll, pokoknya hidupnya termarjinalkan, sampai-sampai untuk pergi sekolahpun dia harus menempuh jarak puluhan kilo, melawati hutan belantara, rawa-rawa dan tentu saja harus melewati sarang buaya, dengan sepedah kumbangnya yang agak sedikit reod dia mengayuh dan terus mengayuh dari pagi buta sampai senja tiba, tak pernah terukir rasa keluh di raut mukanya, yang ada hanyalah sebuah senyum simpul bahagia yang ia tebarkan karna bisa bersekolah dengan teman-temannya dan berharap masa depannya lebih baik dari hari ini.
Dia hidup bersama ayah dan kedua adiknya yang masih kecil-kecil, saat ayahnya pergi melaut dialah yang menjaga dan mengurus adik-adiknya. memasak, mencuci dan mengepel dia lakukan sendiri, maklumlah bundanya telah tiada hanya Ayahnyalah yang menjadi tumpuan hidupnya, namun disuatu waktu tatkala dia telah mengikuti perlombaan cerdas cermat setingkat desa di sekolahnya, dia membawa sebuah senyum kemenangan serta selembar piagam penghargaan yang akan dipersembahkan untuk Ayahnya tercinta, yang ia yakini mampu membuat ayahnya bangga dan bertepuk dada dengan prestasi yang didapatkannya namun ketika sampai di rumah ayahnya tak ada, “belum pulang dari melaut”. Kata sang adik. Dia tunggu detik demi detik di depan rumahnya, hingga jam menunjukkan pukul 23.30 waktu setempat, namun sang ayah belumlah juga menampakkan batang hidungnya, rasa bahagianya pun lambat laun mulai berubah menjadi kecewa, hingga keesokan harinya dia mendapatkan kabar, bahwa ayahnya telah meninggal dunia terhempas badai saat melaut kemarin sore, betapa hancur hati lintang saat mendengar kabar itu, kebahagian yang akan dia persembahkan untuk ayahnya kini pupus sudah 

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 

Follow me in the Fb

Followers

Page Range

Mutiara Kata

“Kita asyik dengan pertarungan militer, sukses menempa hati ikhlas, berhasil menciptakan cinta mati syahid. Tetapi, kita lalai memikirkan kekuasaan (politik). Kita tak sepenuh hati menggelutinya. Kita masih memandang bahwa politik adalah barang najis. Akhirnya, kita sukses mengubah arah angin; kemenangan dengan pengorbanan yang mahal bisa kita raih. Tetapi, menjelang babak akhir, saat kemenangan siap dipetik, musuh-musuh melepaskan tembakan ‘rahmat’ untuk menjinakkan kita.” (Tokoh Jihad Afghan-Arab)