Home | Looking for something? Sign In | New here? Sign Up | Log out

Selasa, 29 Juni 2010

[Seri Khawarij] Dahsyatnya Godaan Wanita

Selasa, 29 Juni 2010
Pembaca yang dirahmati الله, salah satu fitnah yang ditakutkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menimpa umatnya adalah fitnah wanita. Beliau bersabda : “Aku tidak meninggalkan sepeninggalku suatu fitnah yang lebih berbahaya bagi kaum pria selain wanita”[2].
Betapa banyak laki-laki yang terjerumus ke dalam kemaksiatan dan kesesatan karena wanita. Bahkan, tidak sedikit hal ini menimpa laki-laki shalih sekalipun. Maka, pada kesempatan ini, penulis paparkan dua kisah tersesatnya seseorang karena terpengaruh godaan wanita. Mudah-mudahan dapat menjadi pelajaran bagi kita semua.
Kisah Pertama: Abdurrahman bin Muljam

Pembaca mulia, siapa di antara kita yang tidak kenal Abdurrahman bin Muljam? Dialah sang pembunuh salah satu shahabat terbaik sekaligus menantu Nabi, yaitu ‘Ali bin Abi Thalib. Lalu, apa yang melatarinya tega membunuh Khalifah Ar-Rasyidah yang keempat ini?
Imam Abu Al-Faraj bin Al-Jauzi (Ibnul Jauzi) menceritakan bahwa suatu ketika, Abdurrahman bin Muljam melihat wanita dari Taim Ar-Rabbab yang biasa dipanggil Qatham. Ia merupakan wanita yang paling cantik, tetapi berpaham khawarij. Kaum wanita tersebut telah dibunuh karena mengikuti paham khawarij pada perang An-Nahrawan. Ketika Ibnu Muljam melihatnya, dia jatuh cinta padanya lalu melamarnya. Wanita ini mengatakan, “Aku tidak menikah denganmu kecuali dengan syarat mahar 3000 dinar dan membunuh Ali bin Abi Thalib”. Akhirnya, dia menikahinya dengan syarat tersebut. Ketika telah bersua dengannya, wanita ini berkata, “Hai! Kamu telah menyelesaikan (hajatmu). Pergilah!” Ia pun keluar dengan menyandang senjatanya, dan Qatham juga keluar. Lalu, Qatham memasangkan peci kepadanya di masjid. Ketika ‘Ali keluar sambil menyerukan, “Shalat! shalat!”, Ibnu Muljam mengikutinya dari belakang lalu menebasnya dengan pedang pada batok kepalanya. Tentang hal ini, seorang penyair berkata,
Aku tidak melihat mahar yang dibawa oleh orang yang punya kehormatan
Seperti mahar Qatham yang sedemikian jelas tidak samar
Mahar 300 dinar, hamba sahaya, biduanita
Dan membunuh ‘Ali dengan pedang yang tajam
Tidak ada mahar yang lebih mahal dari Ali meskipun berlebihan
Tidak ada kebengisan yang Melebihi kebengisan Ibnu Muljam[3]
Kisah Kedua: Imran bin Hithan
Menginjak kisah kedua, kita akan membaca kisah Imran bin Hithan. Tahukah pembaca siapakah Imran bin Hithhan itu? Ketahuilah wahai pembaca mulia, pada awalnya dia adalah tokoh ahlus sunnah yang sempat bertemu dengan beberapa shahabat nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ya, bahkan ia sempat mengambil ilmu dari istri tercinta Nabi, ‘Aisyah radhiallahu ‘anha. Lalu, bagaimana ia bisa berubah menjadi berpemahaman khawarij dan bahkan menjadi salah satu tokoh besarnya?
Awal mula berubahnya pemahaman Imran adalah pada saat ia ingin menikahi saudara sepupunya yang sangat cantik. Muhammad bin Abi Raja’ berkata,
Salah seorang penduduk kota Kufah bercerita pada saya bahwa Imran bin Hiththan menikahi wanita khawarij untuk membebaskan wanita tersebut dari pemahaman khawarij. Akan tetapi, wanita itulah yang justru mengubah Imran menjadi Khawarij. Wanita tersebut merupakan wanita yang paling cantik dan paling cerdas otaknya sedangkan Imran adalah manusia paling ramah dan paling buruk rupa. Lalu, suatu hari wanita tersebut berkata pada ‘Imran, “Sesungguhnya aku telah memperhatikan permasalahanku dan permasalahanmu. Maka, kita berdua nisacaya akan berada di surga. Serta merta Imran bertanya, “Bagaimana bisa?” Wanita itu menjawab, “Itu bisa terjadi karena aku mendapat laki-laki sepertimu (yang buruk rupa), lalu aku bersabar. Sementara dirimu mendapat wanita sepertiku (yang cantik), lalu engkau besyukur. As-shoobir (Orang yang sabar) dan Asy-Syaakir (orang yang bersyukur) adalah penghuni surga.”[4]
Perkataan ringkas istrinya itu ternyata berhasil mengubah otak Imran. Wal ‘iyadzu billah. Padahal, pada mulanya Imran bin Hithhan berupaya menikahi sepupu wanitanya itu untuk menasehatinya agar terlepas dari pemikiran khawarij. Teman-teman Imran sebenarnya sudah menasehatinya untuk tidak coba-coba ‘bermain dengan api’. Namun, Imran bersikukuh bahwa ia akan dapat mengubah manhaj wanita yang dicintainya itu. Maka, terjadilah apa yang terjadi. Wanita itulah yang justru berhasil mengubah manhaj Imran.
Ya, jangan coba-coba bermain dengan api. Sesungguhnya ulama Syam zaman dulu pernah mengatakan,
Siapa yang menjerumuskan dirinya dalam sebab-sebab fitnah, ia tidak akan selamat pada (fase) berikutnya meskipun ia berusaha.[5]

Maka, wahai saudaraku. Berhati-hatilah ketika Anda menjumpai wanita. Jika Anda melihat dia tersenyum pada Anda, ketahuilah bahwa ia pun telah tersenyum pada orang lain. Palingkanlah pandangan Anda darinya! Dan anggaplah ia bagaikan tembok sehingga nafsu Anda akan terbebas darinya. Janganlah terbesit dalam pikiran Anda perkataan, “Akan kunasehati dan kudakwahi dia.” Jangan… oh.. jangan… Ingatlah! Jika Imran yang notabene adalah seorang ulama yang sempat bertemu dengan shahabat Nabi r saja bisa terfitnah oleh wanita, lalu bagaimana dengan kita? Lupakanlah kecantikan jika akan menghantarkanmu ke neraka. Apalagi, kita hidup di zaman penuh fitnah ketika kecantikan tidak hanya dimiliki wanita khawarij semata. Di jalan… di kampus… di pasar… di kendaraan umum… di setiap tempat kita dapati kebanyakan wanita sudah tidak lagi memiliki rasa malu. Namun, kita dapati sejumlah kecil muslimah yang menjaga kesucian dan kehormatan dirinya justru mendapat hinaan dan olokan. Wal ‘iyyadzu billah! Inilah musibah! Dan musibah yang lebih besar lagi adalah jika Anda memilih wanita bermanhaj menyimpang sebagai pendamping hidup Anda.
Sungguh telah tersesat orang yang isi cintanya adalah perawan
Sungguh hina orang yang dibinasakan oleh gadis yang montok
Tetapi aku alhamdulillah masih kuat
Aku tetap mulia ketika leher-leher manusia tunduk pada mereka
Gadis-gadis cantik tidak menguasai hatiku seluruhnya
Walaupun jiwa muda meliputinya
Aku berjalan dan tidak aku berikan cintaku melebihi tali kendaliku
Aku beranjak dan kebenaran tidak tersembunyi dariku
Banyak bersabar walau tak ada apapun yang tersisa dariku[6]


[1] Referensi kitab dalam makalah ini merujuk pada software Maktabah Syamilah. Dengan demikian, nama penerbit, penulisan juz (jilid), halaman, dan penomoran hadits, sesuai dengan yang terdapat dalam softaware tersebut.
[2] Periksa Shahihul Bukhari, juz 5, hal.1959, hadits no. 4808; dan Shahihul Muslim, juz 4, hal. 2097-2098, hadits no. 97-98.
[3] Periksa kitab Dzammul hawa (ذم الهوى) yang ditahqiq Musthafa Abdul Wahid hal. 361.
[4] lihat Tahdzibul Kamal, juz 22, hal 324
[5] Loc.cit, hal. 175
[6] ibid, hal. 643.
Disalin dari :Blog Al Ashree

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 

Follow me in the Fb

Followers

Page Range

Mutiara Kata

“Kita asyik dengan pertarungan militer, sukses menempa hati ikhlas, berhasil menciptakan cinta mati syahid. Tetapi, kita lalai memikirkan kekuasaan (politik). Kita tak sepenuh hati menggelutinya. Kita masih memandang bahwa politik adalah barang najis. Akhirnya, kita sukses mengubah arah angin; kemenangan dengan pengorbanan yang mahal bisa kita raih. Tetapi, menjelang babak akhir, saat kemenangan siap dipetik, musuh-musuh melepaskan tembakan ‘rahmat’ untuk menjinakkan kita.” (Tokoh Jihad Afghan-Arab)