Home | Looking for something? Sign In | New here? Sign Up | Log out

Senin, 01 Februari 2010

Kebohongan Bantuan Kemanusiaan Barat

Senin, 01 Februari 2010
Mengapa negara-negara Barat begitu bersemangat pergi ke negeri-negeri yang sedang tertimpa bencana? Apakah kepergiannya untuk memberikan pertolongan atau untuk tujuan lain? Apakah negara-negara kapitalis punya kepedulian terhadap rasa kemanusiaan sehingga mereka sampai bersaing melakukan “penyelamata” atas orang-orang miskin dan terlantar di antara umat manusia?! Ataukah mereka menyembunyikan belati beracun di balik jubah bantuan kemanusiaan ini?! Apakah asas ideologi kapitalisme mengenal nilai kemanusiaan sehingga mereka harus memobilisasi pasukannya, pesawat terbangnya, dan kapal lautnya untuk melakukan “penyelamatan” atas umat manusia yang sedang tertimpa bencana?!
Di Haiti, Amerika memobilisasi pasukan militernya, dan menyatakan bahwa misinya mengambil peran prioritas, mengendalikan bandara, dan mulai mengontrol setiap pergerakan pesawat. Dan terlihat jelas sekali bagi semua pengamat bahwa tujuan Amerika dan juga negara-negara Eropa tidak untuk menyelamatkan para korban dan membantu para pengungsi, melainkan perang untuk berebut pengaruh, kekuasaan dan kepentingan. Tampak di Haiti sejauh mana dekadensi moral yang berhasil dicapai oleh kaum kapitalis ketika bocor laporan penyelundupan anak-anak yatim Haiti untuk mereka perbudak, atau mereka gunakan sebagai suku cadang manusia, seperti yang terjadi sebelumnya oleh Perancis ketika mencuri anak-anak kaum Muslim di Darfur dari Chad.
Di London diadakan konferensi untuk “bantuan” dan “dukungan” kepada Yaman; dan di London juga diadakan konferensi untuk “rekonstruksi” Afghanistan. Sebelumnya diadakan konferensi di Paris untuk “bantuan keuangan” bagi warga Palestina. Begitu juga di Palestina ada bantuan keuangan bagi warga Palestina yang menjadi korban dari Perwakilan Amerika untuk Pembangunan, atau dari bantuan Uni Eropa yang di atasnya ditulis “pemberian” atau “hadiah” dari rakyat Amerika atau Uni Eropa untuk “kehidupan”!
Begitu juga konferensi “rekonstruksi” Irak di Madrid, konferensi “rekonstruksi” Gaza, konferensi Somalia, dan banyak lagi konferensi lainnya. Apakah negara-negara Barat kapitalis yang begitu sibuknya mengurusi persoalan Yaman, Afghanistan, Irak, Somalia, dan Palestina; begitu pedulinya mereka terhadap kaum miskin; serta begitu kasih sayangnya mereka kepada anak-anak yatim dan orang-orang terlantar?! Sehingga mereka meninggalkan urusan dalam negeri mereka dan krisis keuangan yang menimpanya?!
Apakah negara-negara kapitalis akan menghabiskan dananya untuk membantu manusia (rakyat) di negara-negara lain, dan membiarkan rakyatnya sendiri terlantar tanpa tempat tinggal, pendapatan, dan tidak memiliki pekerjaan?! Atau bahwa masalah ini adalah urusan dalam negerinya, sehingga ia harus mengurusi kepentingannya; atau semua itu merupakan wilayah jajahannya, dan perluasan pengaruhnya?!
Sesungguhnya, ideologi kapitalisme ini tidak mengenal nilai kemanusiaan (al-qîmah al-insâniyyah), bahka ia berlepas diri darinya. Sementara satu-satunya ukuran baginya adalah nilai materi (al-qîmah al-mâdiyyah). Begitu juga, bahwa kapitalisme ini menganggap penjajahan sebagai bagian penting dan mendasar, dimana penjajahan dijadikan sebaga metode penyebaran ideologinya. Jadi, sangat dangkal sekali jika seseorang berpikir bahwa bantuan yang diberikan oleh negara-negara Barat terhadap kaum Muslim, atau terhadap umat manusia lain yang sedang tertimpa musibah sebagai wujud rasa kemanusiaannya. Dan juga sangat tidak masuk akal jika kita melihat tangan mereka tampak putih, bersih dari tipu daya, kotoran, dan kelicikan, padahal tangan mereka berlumuran dengan darah.
Baca selengkapnya di sini

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 

Follow me in the Fb

Followers

Page Range

Mutiara Kata

“Kita asyik dengan pertarungan militer, sukses menempa hati ikhlas, berhasil menciptakan cinta mati syahid. Tetapi, kita lalai memikirkan kekuasaan (politik). Kita tak sepenuh hati menggelutinya. Kita masih memandang bahwa politik adalah barang najis. Akhirnya, kita sukses mengubah arah angin; kemenangan dengan pengorbanan yang mahal bisa kita raih. Tetapi, menjelang babak akhir, saat kemenangan siap dipetik, musuh-musuh melepaskan tembakan ‘rahmat’ untuk menjinakkan kita.” (Tokoh Jihad Afghan-Arab)