Home | Looking for something? Sign In | New here? Sign Up | Log out

Senin, 30 Januari 2012

::*::Karena Engkau Lebih Mahal Dari Dunia::*::

Senin, 30 Januari 2012
0 komentar
Assalamu'alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.

~Bismillaahirrahmaanirrahiim~

Sedikti saja…kupersembahkan coretan sederhana ini untuk kalian para ukhti...para muslimah di bumi Allah….

Saudariku…
Allah telah menciptakan kita dengan penuh kesempurnaan dan berhiaskan keindahan yang luar biasa…bahkan di bandingkan dengan laki-laki..kita jauh lebih indah karena keindahan kita terlihat dari ujung rambut hingga ujung kaki. Itulah kenapa ada yang berkata betapa semu dunia ini walau penuh dengan permata yang berkilauan, pemandangan yang menyejukkan, atau pelangi yang menghiasi langit, tak ada artinya bila dunia tanpa sosok makhluk bernama wanita. Bahkan syurga yang indahnya tak pernah bisa dibayangkan oleh manusia manapun terasa hampa oleh Adam karna sehingga Allah menciptakan Hawa dari tulang rusuk kirinya...

Saudariku…
Itulah kenapa rasanya wajar jika banyak wanita yang bangga akan dirinya….mereka merasa bahagia ketika menunjukkan dirinya pada dunia yang penuh tipu daya dengan segala keindahan dirinya. Itulah kenapa pula banyak sekali orang-orang yang memanfaatkan kecantikan sosok wanita untuk kepentingan usaha dan bisnisnya. Lihatlah iklan-iklan yang sering bertebaran mulai dari produk kecantikan, otomotif, rumah dan sebagainya, bukankah tak ada penawaran mereka tanpa wanita? Ya….itu karena wanita memiliki energi magnetik yang luar biasa…hebat bukan?

Saudariku…
Ada sebuah pernyataan sekaligus pertanyaan yang ditujukan pada sosok bernama wanita. Pernyataan yang paling menyeruak adalah bahwa seharusnya seorang wanita menyembunyikan kecantikannya dari dunia agar kehormatan dan kemuliaannya tetap terjaga. Namun dibalik pernyataan itu pula ada lagi sebuah pertanyaan dari mereka yang juga dari wanita yaitu bukankah kami tercipta dengan keindahan, lalu mengapa kami tak boleh menunjukkannya pada dunia agar dunia pun takjub dan semakin mengagumi bahwa Tuhan telah menciptakan makhluk yang paling indah bernama wanita?

Saudariku…
Pernyataan ataupun pertanyaan itu tidak ada yang salah, semuanya benar. Tapi mempertanyakan kenapa kecantikan kita tak boleh di tunjukkan pada dunia, maka inilah jawabannya…
“ Karna engkau lebih berharga dari dunia dan seisinya…. Karna engkau lebih mahal dari dunia dan seluruh permata yang terkandung di dalamnya... Dan karna dunia pun tak berhak untuk melihat dan menikmati keindahan dirimu begitu saja…”

Maka bila engkau rapi menyimpan keindahan yang ada pada dirimu…bukan berarti engkau tak cantik…bukan berarti engkau tak indah….tapi karena bagimu keindahan dan kecantikan itu tak boleh dibeli murah oleh siapapun… Itulah kemuliaanmu…Itulah bentuk kehormatan dirimu saudariku…!

Maka percayalah….dunia itu akan indah bukan karena keindahan ragamu tetapi akan semakin indah dengan akhlakmu…

Yukk... kita jaga kemuliaan sebagai wanita agar tidak mudah dinikmati oleh setiap pandangan pembawa dosa, dan jangan terbuai oleh penampilan yang menyesatkan jiwa kita sebagai wanita, hargailah diri kita karena semua wanita itu cantik tapi lebih cantik jika dirinya terbalut akhlak yang mulia tanpa memamerkan auratnya dimanapun saja...

**Salam Sayang dan Ukhuwah Buat Semua SahabatQ Muslimah Fillah**


read more

Rabu, 25 Januari 2012

Pacaran mah Kuno tauuu ???

Rabu, 25 Januari 2012
0 komentar
Sori, dengan judul seperti ini bukan maksud kita mau ngeledekin kamu-kamu yang pacaran, tapi kita mau menertawakan kamu-kamu yang pacaran. Lho, sama aja atuh ya? Jangan bingung begitu deh, karena memang itulah faktanya. Pacaran, adalah aktivitas yang udah kuno. Mungkin bukan saja kuno, tapi sekaligus norak. Bener lho.

Kenapa sih? Islam, sebagai agama ‘modern’ dan mence...rahkan pemikiran, selalu memberikan yang terbaik untuk pemeluknya. Misalnya saja, di jaman purbakala, saat manusia terbiasa buligir, alias kagak make sehelai benang pun untuk menutupi tubuhnya, Islam datang menyempurnakan aturan manusia dalam berpakaian. Jilbab salah satunya, adalah ajaran Islam yang memberikan kehormatan kepada kaum wanita dalam berpakaian. Jadi, kalo sekarang masih ada anak puteri yang kagak pake jilbab, itu artinya masih ‘kagum’ dengan kebudayaannya Homo Soloensis dan Pythecantropus Erectus yang masih primitif, alias kuno. Gubrag! (yang tersinggung dilarang bangga) ?

Lha, pacaran apa hubungannya dengan kuno dan modern? Sabar dulu sobat. Begini, sebelum Islam datang sebagai agama penyempurna bagi kehidupan manusia, kehidupan di masa jahiliyah dulu rusak banget. Salah satunya dalam pergaulan. Mungkin, kalo kita mau kejam, seperti dunia binatang. Kok bisa sih? Iya, soalnya hubungan antara pria dan wanita di masa jahiliyah dulu kagak ada aturannya. Main seruduk, main selonong sana selonong sini. Suka-suka aja gitu lho. Waduh!

Sobat muda muslim, itulah sebabnya kenapa kita bilang bahwa pacaran adalah aktivitas kuno dan sekaligus norak. Lihat saja model gaul anak muda sekarang (termasuk paling banyak di antaranya adalah remaja muslim) makin tak terkendali alias liar banget. Kata seorang teman, remaja sekarang dalam bergaul dengan lawan jenisnya menggunakan prinsip 3T; ta’aruf (saling mengenal), taqarrub (saling mendekat), dan tak tubruk (terjemahkan dan tafsirkan sendiri deh, he..he..he..). mentang-mentang saling cinta dan saling sayang, lalu merasa halal aja main elus, main peluk, main tendang, main cekik, dan main banting (smackdown kali yee…? He..he..he..) Jadi, pacaran memang aktivitas yang deket-deket banget dengan z-i-n-a. Naudzubillahi min dzalik!

Benar banget sobat, kita ngeri deh dengan perkembangan gaul remaja sekarang. Remaja yang awam memang paling banyak melakukan aktivitas baku syahwat yang diharamkan Islam ini, but nggak sedikit yang ngakunya anak masjid juga jadi aktivis pacaran. Wackss… kacau-beliau dong? Begitulah…

Hmm…, kamu yang masih pacaran dan lagi seneng-senengnya bermesraan bareng gandengan kamu, pastinya bakalan sutris baca tulisan ini. Mungkin juga tuh sumpah serapah bakalan keluar dalam mulut kamu. Tapi inget sobat, justru lebih parah kalo kagak ada yang mau susah payah ngingetin kita-kita. Sebab, sebagai manusia kita selalu nggak lepas dari kesalahan. Di sinilah perlunya kita saling menasihati dan ngingetin satu sama lain. Tul nggak? Jadi, jangan marah ya kalo kita ngingetin kamu, meski dengan sindiran.

Kenapa sih pada pengen pacaran?Bener. Kenapa sih kamu-kamu pada pengen ngelakuin pacaran? Apa enaknya pacaran? He..he..he.. jangan bingung dulu Mas, kita coba bantu ngasih bocorannya. Ada beberapa alasan yang bisa kita telusuri di balik maraknya aktivitas ilegal dalam ajaran Islam ini:

Pertama, biar disebut dewasa. Banyak teman remaja yang melakukan pacaran, biar disebut udah dewasa. Maklum aja, aktivitas baku syahwat itu kayaknya ganjil banget kalo dilakukan oleh bocah cilik. Selain ganjil, anak kecil nggak pantes ngelakuin pacaran.

Sobat muda, secara biologis boleh jadi kamu dewasa. Kamu yang cowok udah mimpi basah, tubuhmu udah mulai memproduksi sel sperma, suaramu pun udah berubah jadi berat, udah tumbuh rambut di sana-sini, jakunmu pun mulai kelihatan. Kamu yang puteri, sudah mulai haidh, tubuhmu udah memproduki sel telur, beberapa bagian tubuh mengalami pertumbuhan pesat. Itu secara fisik. Dan itu nggak salah kamu disebut dewasa.

Tapi, ukuran dewasa nggak selalu ditentukan dengan perubahan fisikmu, tapi ditentukan pula dengan cara kamu berpikir dan cara kamu bersikap. Nah, dewasa dalam berpikir dan bersikap harus kamu miliki juga dong. Sebab, banyak orang mengaku udah dewasa, tapi ternyata nggak bisa atau belum bisa berpikir dewasa. Seperti apa sih berpikir dewasa? Kamu berani bertanggung jawab dan bisa menentukan masa depan kamu sendiri. Dengan cara yang benar tentunya. Itu baru dewasa.

Itu sebabnya, kalo kamu menganggap bahwa untuk bisa dikatakan udah dewasa adalah dengan melakukan pacaran, berarti kamu sebetulnya belum bisa dikatakan dewasa, terutama dalam berpikir dan bersikap. Why? Sebab, aktivitas pacaran jelas mendekati zina. Dan itu dosa. Jika kamu masih tetap melakukannya, itu artinya kamu belum tahu arti sebuah kedewasaan. Padahal, orang yang berpikir dan bersikap dewasa, akan lebih hati-hati dalam menjalani kehidupan ini. Nggak asal jalan aja. Tapi penuh perhitungan, bila perlu mengkalkulasi untung-rugi dari sebuah perbuatan yang kamu lakukan. Sebab, itulah yang namanya bertanggungjawab. Lha, yang pacaran? Rata-rata cuma seneng-seneng aja tuh. Berarti nggak punya prinsip dong? Berarti belum dewasa dong? Tepat. Kejam amat ya? ?

Kedua, having fun. Walah, ini juga asal-asalan. Tapi inilah kenyataan yang kudu kita hadapi. Banyak teman remaja yang mengaku bahwa alasan melakukan pacaran sekadar having fun aja. Sekadar bersenang-senang. Nggak punya alasan lain. Barangkali teman remaja yang begitu menganggap bahwa pacaran sekadar hiburan di masa sulit dan obat stres saat menghadapi persoalan hidup.

Bisa jadi, teman-teman remaja yang nggak mendapatkan kasih sayang di rumah, karena kebetulan orangtuanya jarang di rumah, ia nyari kesenangan di luar. Bisa dengan kekasihnya (baca: pacaran), bisa juga lari ke minuman keras dan narkoba. Di rumah sumpek, maka pelampiasan untuk mencari kesenangannya lewat pacaran. Pacaran sering diyakini sebagai obat mujarab untuk menghilangkan stres. Gimana nggak senang, wong, jalan berdua, mojok berdua, bisa curhat, bisa menikmati hidup ini dengan nyaman dan tenang.

Benarkah pacaran selalu memberikan kesenangan? Ternyata nggak tuh. Banyak pasangan yang pacaran justru cek-cok melulu. Belum lagi kalo beda ambisi. Maklum masih pada muda, emosinya masih meletup-letup. Jadi, gimana mau senang-senang jika tiap hari ‘panas’ melulu. Nggak banyak sih yang begitu, tapi tetap, bahwa alasan berpacaran semata untuk having fun, juga nggak dibenarkan. Baik secara hitung-hitungan logika, apalagi hukum syara.

Ketiga, pacar sebagai motivator dan katalisator. Duh, emangnya pacaran sejenis suplemen, pake menambah semangat segala? Tapi itulah yang terjadi. Alasan yang asal-asalan memang. Namun inilah yang juga banyak diakui teman remaja. Ada yang ngedadak jadi getol dateng ke sekolah en rajin belajar. Rela datang lebih awal ke sekolah. Tujuannya, biar bisa berlama-lama dengan sang gacoan. Maklum, kalo di sekolah sang gebetan ada, rasanya muncul semangat untuk belajar. Ah, yang benar nih? Jangan ngigau begitu, ah!

Benarkah pacaran bisa tambah semangat belajar? Naga-naganya sih alasan itu cuma direkayasa. Coba aja kamu pikirin, gimana bisa belajar jadi getol kalo di sekolah aja yang diingetin cuma kekasihnya. Boleh jadi pelajaran yang diikuti di kelas memantul sempurna, karena otaknya udah full dengan memori tentang sang kekasih hati. Lagi pula, yang berhasil jadi juara kelas or juara umum di sekolah bukan karena mereka pacaran. Kalo memang pacaran nambah semangat untuk belajar, harusnya semua yang pacaran tambah pinter, karena belajar terus. Buktinya? Justru yang pacaran selalu bermasalah dalam belajarnya.

Memang sih ada satu-dua yang pacaran tapi prestasinya tetep bagus. Tapi itu bukan jadi alasan lho untuk kamu teladani. Sebab, puluhan, atau mungkin ratusan remaja yang pacaran, justru prestasi akademiknya jeblok. Yang pinter itu pun, karena emang otaknya tokcer banget. Selain memang mereka nggak nafsu-nafsu amat untuk pacaran. Karena doi biasanya lebih mementingkan belajar. Nah lho?

Jadi, emang nggak ada pengaruh secara signifikan sih antara pacaran dan prestasi belajar. Nggak ada. Itu mah, cuma alasan klise alias dibuat-buat aja untuk melegalkan ajang baku syahwat yang dilarang itu. Tapi sejujurnya, pendapat kita neh, yang udah-udah, makin kuat pacarannya, biasanya malah makin malas belajarnya. Ngaku aja deh. (Idih kayak interogasi aja ya? He…he…he..)

Tapi terlepas dari itu semua, entah pacaran itu bisa menumbuhkan semangat belajar atau malah memadamkan semangat belajar, tetep aja perbuatan tersebut haram untuk dilakukan. Karena ukuran manfaat dan mafsadat (keburukan) bukan dinilai oleh kita. Kita, kaum muslim, diajarkan untuk melakukan perbuatan yang ihsan. Jadi, bukan yang terbanyak amalnya yang akan dinilai oleh Allah, tetapi yang terbaik amalnya. Baik niat maupun caranya. Dua-duanya kudu sesuai dengan aturan Allah dan Rasul-Nya. Firman Allah : “…supaya Dia menguji kalian siapa di antara kalian yang lebih baik amalnya.” (TQS al-Mulk [67] : 2)

Seorang ulama yang hidup di masa Abdul Malik bin Marwan, Sa’id bin Jubair, pernah mengatakan: “Tidak diterima suatu perkataan kecuali disertai amal, tidak akan diterima perkataan dan amal kecuali disertai niat, dan tidak akan diterima perkataan, amal dan niat kecuali disesuaikan dengan sunnah Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam.”

Saking pentingnya ihsan dalam beramal ini, Imam Malik mengatakan: “Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam itu ibarat perahu nabi Nuh. Siapa yang menumpanginya ia akan selamat; sedangkan yang tidak, akan tenggelam.”Nah, meskipun niatnya bagus untuk menambah semangat belajar (mungkin ikhlas karena Allah), tapi pacaran adalah perbuatan maksiat. Jadi nggak klop tuh. Nah lho?

Menertawakan pacaran Sobat muda muslim, kalo melihat teman-teman kamu yang pacaran, kita suka geli dan lucu lho. Kita tertawa. Bener. Abisnya, teman remaja yang aktivis berat pacaran adalah tipe manusia yang suka ngakalin gitu lho. Sebab, alasan-alasan utama mereka berpacaran justru semuanya klise. Intinya, semua itu cuma direkayasa untuk melegalkan aktivitas baku syahwat terlarang itu. Bener. Kagak bohong!

Oke deh, singkat kata, bagi kamu yang masih aktif pacaran, segera melakukan pembenahan; putusin aja pacar kamu. Pelajari Islam. Yakinlah, Allah pasti akan memberikan yang terbaik buat kamu. Nggak usah ragu, jodoh di tangan Allah, bukan di tangan hansip (maksudnya kalo kamu kepergok lagi “begituan” sama hansip, he..he..he..).

Bagi kamu yang belum terjun ke dalam aktivitas ini, hindari segala peluang yang bakal menyeret kamu ke dalam pergaulan bebas ini. Pelajari Islam, sering hadir di majlis taklim, pengajian sekolah dan bertemanlah dengan anak-anak sholeh di sekolah dan lingkungan tempat tinggalmu. Insya Allah itu bakal meredam keinginan kamu terhadap aktivitas gaul bebas yang emang berbahaya dan dosa itu.

Firman Allah Ta'ala : “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” (QS an-Nûr [24]: 30).

Sobat, pacaran adalah salah satu pemenuhan yang salah dari naluri mempertahankan jenis. Sebab, pemenuhan dan penyaluran yang sah menurut Islam adalah dengan menikah. Sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam : “Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kamu memiliki kemampuan untuk menikah, maka nikahlah, sebab nikah itu dapat menundukkan pandangan dan memelihara kemaluan; tetapi barangsiapa belum mampu, maka hendaknya ia berpuasa, sebab puasa itu baginya merupakan pelindung” (HR Bukhari)

Jadi, jangan pada nekat pacaran ya? Pacaran itu nggak ada manfaatnya sama sekali. Kalo pun mungkin ada ‘manfaat’, tapi itu biasanya cuma diukur dengan penilaian hawa nafsu kita, bukan berdasarkan aturan Allah Swt. Kalo kamu nekat pacaran? Huahaha… udah kuno, norak, dosa lagi. Amit-amit deh. Tinggalin ya..!?

read more

Sabtu, 14 Januari 2012

Khalifah Ali bin Abi Thalib ra; Pejuang Perkasa dan Pemikir Ulung

Sabtu, 14 Januari 2012
0 komentar
Sahabat yang lahir dalam keprihatinan dan meninggal dalam Kesunyian.
Dialah, khalifah Ali bin Abi Thalib ra.
Ali
kecil adalah anak yang malang. Namun, kehadiran Muhammad SAW telah
memberi seberkas pelangi baginya. Ali, tidak pernah bisa bercurah hati
kepada ayahnya, Abi Thalib, selega ia bercurah hati kepada Rasulullah.
Sebab, hingga akhir hayatnya pun, Abi Thalib tetap tak mampu mengucap
kata syahadat tanda penyerahan hatinya kepada Allah. Ayahnya tak pernah
bisa merasa betapa nikmatnya saat bersujud menyerahkan diri,kepada Allah
Rabb semesta sekalian alam.
Kematian ayahnya tanpa membawa
sejumput iman begitu memukul Ali. Kelak dari sinilah, ia kemudian
bertekad kuat untuk tak mengulang kejadian ini buat kedua kali. Ia
ingin, saat dirinya harus mati nanti, anak-anaknya tak lagi menangisi
ayahnya seperti tangis dirinya untuk ayahnya, Abi Thalib. Tak cuma
dirinya, disebelahnya, Rasulullah pun turut menangisi kenyataan tragis
ini...saat paman yang selama ini melindunginya, tak mampu ia lindungi
nanti...di hari akhir,karena ketiaadaan iman di dalam dadanya.
Betul-betul
pahit, padahal Ali tahu bahwa ayahnya sangatlah mencintai dirinya dan
Rasulullah. Saat ayahnya, buat pertama kali memergoki dirinya sholat
berjamaah bersama Rasulullah, ia telah menyatakan dukungannya. Abi
Thalib berkata, ""Janganlah kau berpisah darinya (Rasulullah), karena ia
tidak mengajakmu kecuali kepada kebaikan".
Sejak masih berumur 6
tahun, Ali telah bersama dan menjadi pengikut setia Rasulullah. Sejarah
kelak mencatat bahwa Ali terbukti berkomitmen pada kesetiaannya. Ia
telah hadir bersama Rasulullah sejak awal dan baru berakhir saat
Rasulullah menghembuskan nafasnya yang terakhir. Ali ada disaat yang
lain tiada. Ali adalah tameng hidup Rasulullah dalam kondisi kritis atau
dalam berbagai peperangan genting, saat diri Rasulullah terancam.
Kecintaan
Ali pada Rasulullah, dibalas dengan sangat manis oleh Rasulullah. Pada
sebuah kesempatan ia menghadiahkan kepada Ali sebuah kalimat yang begitu
melegenda, yaitu : "Ali, engkaulah saudaraku...di dunia dan di
akhirat..."
Ali, adalah pribadi yang istimewa. Ia adalah remaja
pertama di belahan bumi ini yang meyakini kebenaran yang disampaikan
oleh Rasulullah. Konsekuensinya adalah, ia kemudian seperti tercerabut
dari kegermerlapan dunia remaja. Disaat remaja lain berhura-hura. Ali
telah berkenalan dengan nilai-nilai spiritual yang ditunjukkan oleh
Rasulullah, baik melalui lisan maupun melalui tindak-tanduk beliau. "Aku
selalu mengikutinya (Rasulullah SAWW) sebagaimana anak kecil selalu
membuntuti ibunya. Setiap hari ia menunjukkan kepadaku akhlak yang mulai
dan memerintahkanku untuk mengikuti jejaknya", begitu kata Ali
mengenang masa-masa indah bersama Rasulullah tidak lama setelah
Rasulullah wafat.
Amirul mukminin Ali, tumbuh menjadi pemuda yang
berdedikasi. Dalam berbagai forum serius yang dihadiri para tetua, Ali
selalu ada mewakili kemudaan. Namun, muda tak berarti tak bijaksana.
Banyak argumen dan kata-kata Ali yang kemudian menjadi rujukan. Khalifah
Umar bahkan pernah berkata,"Tanpa Ali, Umar sudah lama binasa"
Pengorbanannya
menjadi buah bibir sejarah Islam. Ali-lah yang bersedia tidur di
ranjang Rasulullah, menggantikan dirinya, saat rumahnya telah terkepung
oleh puluhan pemuda terbaik utusan kaum kafir Quraisy yang hendak
membunuhnya di pagi buta. Ali bertaruh nyawa. Dan hanya desain Allah
saja semata, jika kemudian ia masih tetap selamat, begitu juga dengan
Rasulullah yang saat itu 'terpaksa' hijrah ditemani Abu Bakar seorang.
Keperkasaan
Ali tiada banding. Dalam perang Badar, perang pertama yang paling
berkesan bagi Rasulullah (sehingga setelahnya, beliau memanggil para
sahabat yang ikut berjuang dalam Badar dengan sebutan " Yaa...ahlul
Badar..."), Ali menunjukkan siapa dirinya sesungguhnya. Dalam perang itu
ia berhasil menewaskan separo dari 70an pihak musuh yang terbunuh. Hari
itu, bersama sepasukan malaikat yang turun dari langit, Ali mengamuk
laksana badai gurun.
Perang Badar adalah perang spiritual. Di
sinilah, para sahabat terdekat dan pertama-tama Rasulullah menunjukkan
dedikasinya terhadap apa yang disebut dengan iman. Mulanya, jumlah lawan
yang sepuluh kali lipat jumlahnya menggundahkan hati para sahabat.
Namun, doa pamungkas Rasulullah menjadi penyelamat dari jiwa-jiwa yang
gundah. Sebuah doa, semirip ultimatum, yang setelah itu tak pernah lagi
diucapkan Rasulullah..."Ya Allah, disinilah sisa umat terbaikmu
berkumpul...jika Engkau tak menurunkan bantuanmu, Islam takkan lagi
tegak di muka bumi ini..."
Dalam berbagai siroh, disebutkan bahwa
musuh kemudian melihat jumlah pasukan muslim seakan tiada batasnya,
padahal jumlah sejatinya tidaklah lebih dari 30 gelintir. Pasukan
berjubah putih berkuda putih seperti turun dari langit dan bergabung
bersama pasukan Rasulullah. Itulah, kemenangan pasukan iman. Dan Ali,
menjadi bintang lapangannya hari itu.
Tak hanya Badar, banyak
peperangan setelahnya menjadikan Ali sebagai sosok yang disegani. Di
Uhud, perang paling berdarah bagi kaum muslim, Ali menjadi penyelamat
karena dialah yang tetap teguh mengibarkan panji Islam setelah satu demi
satu para sahabat bertumbangan. Dan yang terpenting, Ali melindungi
Rasulullah yang kala itu terjepit hingga gigi RAsulullah bahkan rompal
dan darah mengalir di mana-mana. Teriakan takbir dari Ali menguatkan
kembali semangat bertarung para sahabat, terutama setelah melihat
Rasululah dalam kondisi kritis.
Perang Uhud meski pahit namun
sejatinya berbuah manis. Di Uhud, Rasulullah banyak kehilangan sahabat
terbaiknya, para ahlul Badar. Termasuk pamannya, Hamzah --sang singa
padang pasir. Kedukaan yang tak terperi, sebab Hamzah-lah yang selama
ini loyal melindungi Rasulullah setelah Abi Thalib wafat. Buah manisnya
adalah, doa penting Rasulullah juga terkabul, yaitu masuknya Khalid bin
Walid, panglima musuh di Perang Uhud, ke pangkuan Islam. Khalid
kemudian, hingga akhir hayatnya, mempersembahkan kontribusi besar
terhadap kemenangan dan perkembangan Islam.
Bagi Ali sendiri,
perang Uhud makin menguatkan imagi tersendiri pada sosok Fatimah binti
Muhammad SAW. Sebab di perang Uhud, Fatimah turut serta. Dialah yang
membasuh luka ayahnya, juga Ali, berikut pedang dan baju perisainya yang
bersimbah darah.
Juga di perang Khandak. Perang yang juga
terhitung genting. Perang pertama yang sifatnya psyco-war. Ali kembali
menjadi pahlawan, setelah cuma ia satu-satunya sahabat yang 'berani'
maju meladeni tantangan seorang musuh yang dikenal jawara paling
tangguh, ‘Amr bin Abdi Wud. Dalam gumpalan debu pasir dan dentingan
suara pedang. Ali bertarung satu lawan satu. Rasulullah SAW bahkan
bersabda: “Manifestasi seluruh iman sedang berhadapan dengan manifestasi
seluruh kekufuran”.
Dan teriakan takbir menjadi pertanda, bahwa
Ali menyudahinya dengan kemenangan. Kerja keras Ali berbuah. Kemenangan
di raih pasukan Islam tanpa ada benturan kedua pasukan. Tidak ada
pertumpahan darah. kegemilangan ini, membuat Rasulullah SAW pada sebuah
kesempatan : “Peperangan Ali dengan ‘Amr lebih utama dari amalan umatku
hingga hari kiamat kelak”.
Seluruh peperangan Rasulullah diikuti
oleh Ali, kecuali satu di Perang Tabuk. Rasulullah memintanya menetap di
Mekkah untuk menjaga stabilitas wilayah. Sebab Rasulullah mengetahui,
ada upaya busuk dari kaum munafiq untuk melemahkan Mekkah dari dalam
saat Rasulullah keluar memimpin perang TAbuk. Kehadiran Ali di Mekkah,
meski seorang diri, telah berhasil memporakporandakan rencana buruk itu.
Nyali mereka ciut, mengetahui ada Ali di tengah-tengah mereka.
Perubahan
drastis ditunjukkan Ali setelah Rasulullah wafat. Ia lebih suka
menyepi, bergelut dengan ilmu, mengajarkan Islam kepada murid-muridnya.
Di fase inilah, Ali menjadi sosok dirinya yang lain, yaitu seorang
pemikir. Keperkasaannya yang melegenda telah diubahnya menjadi sosok
yang identik dengan ilmu. Ali benar-benar terinspirasi oleh kata-kata
Rasulullah, "jika aku ini adalah kota ilmu, maka Ali adalah pintu
gerbangnya". Dari ahli pedang menjadi ahli kalam (pena). Ali begitu
tenggelam didalamnya, hingga kemudian ia 'terbangun' kembali ke
gelanggang untuk menyelesaikan 'benang ruwet', sebuah nokta merah dalam
sejarah Islam. Sebuah fase di mana sahabat harus bertempur melawan
sahabat.
Kenangan Bersama Fatimah Az-Zahra
Sejatinya,
sosok Fatimah telah lama ada di hati Ali. Ali-lah yang mengantarkan
Fatimah kecil meninggalkan Mekkah menyusul ayahnya yang telah dulu
hijrah. Ali pula yang menyaksikan dengan mata kepala sendiri, betapa
Fatimah menangis tersedu-sedu setiap kali Rasulullah dizhalimi. Ali bisa
merasakan betapa pedihnya hati fatimah saat ia membersihkan kotoran
kambing dari punggung ayahnya yang sedang sholat, yang dilemparkan
dengan penuh kebencian oleh orang-orang kafir quraisy.
Bagi
Fatimah, sosok rasulullah, ayahnya, adalah sosok yang paling
dirindukannya. Meski hati sedih bukan kepalang, duka tak berujung suka,
begitu melihat wajah ayahnya, semua sedih dan duka akan sirna seketika.
Bagi Fatimah, Rasulullah adalah inspirator terbesar dalam hidupnya.
Fatimah hidup dalam kesederhanaan karena Rasulullah menampakkan padanya
hakikat kesederhanaan dan kebersahajaan. Fatimah belajar sabar, karena
Rasulullah telah menanamkan makna kesabaran melalui deraan dan fitnah
yang diterimanya di sepanjang hidupnya. Dan Ali merasakan itu semua.
Karena ia tumbuh dan besar di tengah-tengah mereka berdua.
Maka,
saat Rasulullah mempercayakan Fatimah pada dirinya, sebagai belahan
jiwanya, sebagai teman mengarungi kehidupan, maka saat itulah hari
paling bersejarah bagi dirinya. Sebab, sesunguhnya, Fatimah bagi Ali
adalah seperti bunda Khodijah bagi Rasulullah. Teramatlah istimewa.
Suka
duka, yang lebih banyak dukanya mereka lewati bersama. Dua hari setelah
kelahiran Hasan, putra pertama mereka, Ali harus berangkat pergi ke
medan perang bersama Rasulullah. Ali tidak pernah benar-benar bisa
mencurahkan seluruh cintanya buat Fatimah juga anaknya. Ada mulut-mulut
umat yang menganga yang juga menanti cinta sang khalifah.
Mereka
berdua hidup dalam kesederhanaan. Kesederhanaan yang sampai mengguncang
langit. Penduduk langit bahkan sampai ikut menangis karenanya.
Berhari-hari tak ada makanan di meja makan. Puasa tiga hari
berturut-turut karena ketiadaan makanan pernah hinggap dalam kehidupan
mereka. Tengoklah Ali, dia sedang menimba air di pojokkan sana, Setiap
timba yang bisa angkat, dihargai dengan sebutir kurma. Hasan dan Husein
bukan main riangnya mendapatkan sekerat kurma dari sang ayah.
Pun,
demikian tak pernah ada keluk kesah dari mulut mereka. Bahkan, mereka
masih bisa bersedekah. Rasulullah...tak mampu menahan tangisnya... saat
mengetahui Fatimah memberikan satu-satunya benda berharga miliknya,
seuntai kalung peninggalan sang bunda Khodijah, ketika kedatangan
pengemis yang meminta belas kasihan padanya. Rasulullah, yang perkasa
itu, tak mampu menyembunyikan betapa air matanya menetes satu
persatu...terutama mengingat bahwa kalung itu begitu khusus maknanya
bagi dirinya... dan fatimah rela melepasnya, demi menyelamatkan perut
seorang pengemis yang lapar, yang bahkan tidak pula dikenalnya.
Dan
lihatlah...langit tak diam. Mereka telah menyusun rencana. HIngga,
melalui tangan para sahabat, kalung itu akhirnya kembali ke Fatimah.
Sang pengemis, budak belaian itu bisa pulang dalam keadaan kenyang, dan
punya bekal pulang, menjadi hamba yang merdeka pula. Dan yang terpenting
adalah kalung itu telah kembali ke lehernya yang paling
berhak...Fatimah.
Namun, waktu terus berjalan. Cinta di dunia
tidaklah pernah abadi. Sebab jasad terbatasi oleh usia. Mati.
Sepeninggal Rasulullah, Fatimah lebih sering berada dalam kesendirian.
Ia bahkan sering sakit-sakitan. Sebuah kondisi yang sebelumnya tidak
pernah terjadi saat rasulullah masih hidup. Fatimah seperti tak bisa
menerima, mengapa kondisi umat begitu cepat berubah sepeninggal ayahnya.
Fatimah merasa telah kehilangan sesuatu yang bernama cinta pada diri
umat terhadap pemimpinnya. Dan ia semakin menderita karenanya setiap
kali ia terkenang pada sosok yang dirindukannya, Rasulullah SAW.
Pada
masa ketika kekalutan tengah berada di puncaknya, Fatimah teringat pada
sepenggal kalimat rahasia ayahnya. Pada detik-detik kematian
Rasulullah...di tengah isak tangis Fatimah...Rasulullah membisikkan
sesuatu pada Fatimah, yang dengan itu telah berhasil membuat Fatimah
tersenyum. Senyum yang tak bisa terbaca. Pesan Rasulullah itu sangatlah
rahasia, dia hanya bisa terkatakan nanti setelah Rasulullah wafat atau
saat Fatimah seperti sekarang ini...terbujur di pembaringan. Ya,
Rasulullah berkata, "Sepeninggalku, ...diantara bait-ku (keluargaku),
engkaulah yang pertama-tama akan menyusulku..."
Kini, Fatimah
telah menunggu masa itu. Ia telah sedemikian rindu dengan ayahanda
pujaan hatinya. Setelah menatap mata suaminya, dan menggenggam erat
tangannya...seakan ingin berkata, "kutunggu dirimu nanti di
surga...bersama ayah...", Fatimah Az-Zahro menghembuskan nafasnya yang
terakhir.
Dengan sisa-sisa tenaga yang dimilikinya... dalam
deraian air mata... Ali menguburkan jasad istrinya tercinta itu...yang
masih belia itu...sendiri...di tengah malam buta...Ali tidak ingin
membagi perasaannya itu dengan orang lain. Mereka berdua larut dalam
keheningan yang hanya mereka berdua yang tahu. Lama Ali terpekur di
gundukan tanah merah yang baru saja dibuatnya. Setiap katanya adalah
setiap tetes air matanya. Mengalir begitu deras. Hingga kemudian, dengan
dua tangan terkepal. Ali bangkit berdiri...dan berteriak
sekeras-seKerasnya sambil menghadap langit...." A L L A H U ... A K B A
R".
Pertempuran Antar Sahabat
Amirul
Mukminin Ali ra., kemudian berkonsentrasi membenahi kondisi umat.
Terutama pada sisi administrasi pemerintahan, ekonomi dan stabilitas
pertahanan. Beberapa reformasi fundamental, seperti penggantian pejabat
dan pengambilan kembali harta yang pernah diberikan oleh khalifah
sebelumnya (Ustman bin Affan) menyulut kontroversi. Terutama, dalam
kacamata awam, Ali tak pula kunjung menyeret pelaku pembunuhan Khalifah
Ustman ke pengadilan.
Yang harus dihadapi Ali tak
tanggung-tanggung, sahabatnya sendiri. Sahabat yang dulu pernah berjuang
bersama Rasulullah menegakkan Islam, kini berada dalam barisan yang
hendak melawannya. Bahkan ada pula sahabat yang dulu membaiatnya menjadi
khalifah. kini turut pula menghadangnya. Kondisi yang betul-betul
pahit.
Ali tidak pandang bulu. Baginya hukum menyentuh siapa
saja. Tidak ada istilah 'orang kuat' di mata Ali. BAgi beliau, "orang
lemah terlihat kuat dimataku, saat aku harus berjuang keras
mengembalikan hak miliknya yang terampas. Orang kuat terlihat lemah di
mataku, saat aku terpaksa mengambil sesuatu darinya yang bukan menjadi
haknya".
Di masa Khalifah Ali, pusat pemerintahan di pindahkan ke
Kuffah. Dari sini kemudian ia mengendalikan wilayah Islam, yang saat
itu telah meluas termasuk Syam. Kondisi saat itu benar-benar membutuhkan
ketegasan. Sebagai khalifah terakhir dalam bingkai Khulafa Ar-rasyidin,
Ali dihadapkan pada masa pelik. Dimana akar dari permasalahannya adalah
makin bertambahnya Islam dari segi jumlah namun makin berkurang pula
dari segi kualitas. Interest pribadi (nafs), kesukuan (nasionalisme
sempit) yang dibalut atas nama agama, menjadi awal mulanya masa
kemunduran Islam.
Ketidaksempurnaan informasi yang diterima bunda
Aisyah di Mekkah terhadap beberapa kebijakan Khalifah Ali telah
membuatnya menyerbu Kuffah. Perang Jamal (Unta), demikian sejarah
mencatatnya. Sebab bunda Aiysah ra memimpin perang melawan Ali dengan
menunggangi Unta. Bersama Aisyah, turut pula sahabat Zubair bin Awam dan
Thalhah. Di akhir peperangan, Khalifah Ali menjelaskan semuanya, dan
Asiyah dipulangkan dengan hormat ke Mekkah. Ali mengutus beberapa
pasukan khusus untuk mengawal kepulangan bunda Aisyah ke Mekkah.
Berikutnya
adalah Perang Shiffin. Bermula dari GUbernur Syam, Muawiyyah bin Abu
Sofyan yang menyatakan penolakannya atas keputusan Ali mengganti dirinya
sebagai gubernur. Kondisi serba tak taat ini membuat Ali masygul.
Mereka bertemu dalam Perang Siffin. Dan di saat-saat memasuki
kekalahannya, pasukan Syam kemudian mengangkat Al-Quran tinggi-tinggi
dengan tombaknya, yang membuat pasukan Kufah menghentikan serangan.
Dengan cara itu, kemudian dibukalah pintu dialog.
Perundingan
inilah yang kemudian membawa babak baru dalam kehidupan Ali, bahkan
dunia Islam hingga saat ini. Sebuah tahkim (arbitrase) yang menurut
sebagian pihak membuat Ali di bagian pihak yang kalah, namun menunjukkan
kemuliaan hati Ali di sisi lain. Syam mengutus Amru Bin 'Ash yang
terkenal dengan negosiasinya dan Ali mengutus Abu Musa Asyari, yang
terkenal dengan kejujurannya. Ali nampak betul-betul berharap terhadap
perundingan ini dan menghasilkan traktat yang membawa kedamaian diantara
keduanya. Namun, kelihaian mengolah kata-kata dari pihak Syam membuat
arbitrase itu seperti mengukuhkan kemunduran Ali sebagai khalifah dan
menggantikannya dengan Muawiyah.
Dan ini menimbulkan
ketidakpuasan dari beberapa elemen di pasukan Ali. Dari sini, lahirlah
para Khawarij yang kelak kemudian, bertanggung jawab terhadap kematian
Khalifah Ali.
Khawarij itu, Tiga untuk Tiga... Mereka membentuk
tim berisi tiga orang yang tugasnya membunuh tiga orang yang dianggap
paling bertanggung jawab terhadap perundingan tersebut. Abdurahman bin
Muljam ditugasi untuk membunuh Ali bin Thalib, Amr bin Abi Bakar
ditugasi untuk membunuh Muawiyah, dan Amir bin Bakar ditugasi untuk
membunuh Amr bin Ash. Mereka kemudian gagal membunuh tokoh-tokoh ini,
kecuali Abdurahman bin Muljam.
Menjelang wafatnya Khalifah Ali
ra, Ali sempat bermuram durja. Sebab, penduduk Kuffah termakan
propaganda dan kehilangan ketaatan kepada dirinya. Saat Ali meminta
warga Kuffah untuk mempersiapkan diri menyerbu Syam, namun warga Kuffah
tak terlalu menanggapi seruan itu. Ini berdampak psikologis amat berat
bagi Ali. Tidak hanya sekali dua kali. tapi acapkali seruan Khalifah Ali
di anggap angin lalu oleh warga Kufah.
Karena itu, Ali sempat
berkata," “Aku terjebak di tengah orang-orang tidak menaati perintah dan
tidak memenuhi panggilanku. Wahai kalian yang tidak mengerti kesetiaan!
Untuk apa kalian menunggu? Mengapa kalian tidak melakukan tindakan
apapun untuk membela agama Allah? Mana agama yang kalian yakini dan mana
kecemburuan yang bisa membangkitkan amarah kalian?”
Pada
kesempatan yang lain beliau juga berkata, “Wahai umat yang jika aku
perintah tidak menggubris perintahku, dan jika aku panggil tidak
menjawab panggilanku! Kalian adalah orang-orang yang kebingungan kala
mendapat kesempatan dan lemah ketika diserang. Jika sekelompok orang
datang dengan pemimpinnya, kalian cerca mereka, dan jika terpaksa
melakukan pekerjaan berat, kalian menyerah. Aku tidak lagi merasa nyaman
berada di tengah-tengah kalian. Jika bersama kalian, aku merasa
sebatang kara.”
"Jika bersama kalian, aku merasa sebatang kara".
Pernyataan pedih mewakili hati yang pedih. Dalam kehidupan kekinian,
mungkin bertebaran di tengah-tengah kita pemimpin-pemimpin baru atau
anak-anak muda berjiwa pembaharu yang dalam hatinya sama dengan dalamnya
hati Ali ra saat mengucapkan kalimat itu. Mereka menawarkan jalan cerah
tapi, kita umatnya memilih kegelapan yang nampak menyilaukan. Kita abai
terhadap ajakan mereka, dan malah mungkin memusuhinya...mengisolasinya.
Ahhh...semoga kita terhindar dari kelakuan keji itu...
Usaha
Khalifah Ali ra untuk menyusun kembali peta kekuatan Islam sebenarnya
telah diambang keberhasilan. Satu demi satu yang dulunya tercerai berai
telah kembali berikrar setia pada beliau. Namun , Allah berkehendak
lain, setelah berjuang keras sekitar 5 tahun menjaga amanah kepemimpinan
umat, dan setelah melewati berbagai fitnah dan deraan, Khalifah Ali
menyusul kekasih hatinya, Rasulullah SAW dan FAtimah Az-Zahra menghadap
Sang Pencipta, Allah SWT.
Hari itu, tanggal 19 ramadhan tahun 40
H, saat beliau mengangkat kepala dari sujudnya, sebilah pedang beracun
terayun dan mendarat tepat di atas dahinya. Darah mengucur deras
membahasi mihrab masjid. “Fuztu wa rabbil ka’bah. Demi pemilik Ka’bah,
aku telah meraih kemenangan.”, sabda Ali di tengah cucuran darah yang
mengalir. Dua hari setelahnya, Khalifah Ali wafat. Ia menemui kesyahidan
seperti cita-citanya. Seperti istrinya, Ali juga dimakamkan diam-diam
di gelap malam oleh keluarganya di luar kota Kuffah.
Di
detik-detik kematiannya, bibir beliau berulang-ulang mengucapkan
“Lailahaillallah” dan membaca ayat, “Faman ya’mal mitsqala dzarratin
khairan yarah. Waman ya’mal mitsqala dzarratin syarran yarah.” yang
artinya, “Siapapun yang melakukan kebaikan sebiji atompun, dia akan
mendapatkan balasannyanya, dan siapa saja melakukan keburukan meski
sekecil biji atom, kelak dia akan mendapatkan balasannya.”
Beliau
sempat pula mewasiatkan nasehat kepada keluarganya dan juga umat
muslim. Di antaranya : menjalin hubungan sanak keluaga atau
silaturrahim, memperhatikan anak yatim dan tetangga, mengamalkan ajaran
Al-Qur’an, menegakkan shalat yang merupakan tiang agama, melaksanakan
ibadah haji, puasa, jihad, zakat, memperhatikan keluarga Nabi dan
hamba-hamba Allah, serta menjalankan amr maruf dan nahi munkar.
Islam
telah ditinggalkan oleh satu lagi putra terbaiknya. Pengalaman heroik
hidupnya telah melahirkan begitu banyak kata-kata mulia yang mungkin
akan pula menjadi abadi. Ia menjadi inspirasi bagi setiap pemimpin yang
ingin membawa bumi ini pada ketundukan kepada Allah SWT.
Saat ia
dicerca dari banyak arah, lahirlah perkataan beliau : “Cercaan para
pencerca tidak akan melemahkan semangat selama aku berada di jalan
Allah”.
Saat beliau mesti menerima kenyataan pahit berperang
dengan sahabatnya sendiri, dan juga mendapatkan persahabatan dari oarng
yang dulunya menjadi musuh,lahirlah : "Cintailah sahabatmu biasa saja,
karena mungkin ia akan menjadi penentangmu pada suatu hari, dan bencilah
musuhmu biasa saja, karena mungkin ia akan menjadi sahabatmu pada suatu
hari".
Beliau juga sangat menghormati ilmu. Tidak terkira
banyaknya, kalmat bijak yang keluar dari mulutnya tentang keutamaan
mencari ilmu. Ia juga menyarankan orang untuk sejenak merenungi ilmu dan
hikmah-hikmah kehidupan. Kata beliau, "Renungkanlah berita yang kau
dengar secara baik-baik (dan jangan hanya menjadi penukil berita),
penukil ilmu sangatlah banyak dan perenungnya sangat sedikit".
Khalifah
Ali ra adalah sebuah legenda. He is a legend. Dan legenda tidak akan
pernah mati. Bisa jadi, saat lilin-lilin di sekitar kita mulai padam
satu persatu, dan kita kehilangan panduan karenanya, maka pejamkanlah
saja sekalian matamu. Hadirkan para legenda-legenda Islam itu, termasuk
beliau ini, dalam benakmu dan niscaya ia akan menjadi penerang
bagimu...seterang-terangnya cahaya yang pernah ada di muka bumi.
Sumber dipetik dari http://doniriadi.blogspot.com/2008/04/cinta-di-atas-cinta-1-khalifah-ali-bin.html
note: semua sahabat nabi punya kelebihan masing2, jadi jangan jadikan tulisan ini atau salah satu shabat lebih mulia dari yg lain. terpecah jadi syuni dan syiah dll, mengapa kita memuja2 sahabat nabi, mau mati2an membelanya kenapa kita tidak menjadi sepertinya?menirunya? tapi sibuk memuji2nya dan mengagung2kannya?jadi stop sekte mari kita berlomba2 menjadi seperti sahabat nabi

read more

Keteladanan Abu Bakar

0 komentar
Abu Bakar adalah laki-laki yang pertama kali memeluk Islam, walaupun Khadijah lebih dahulu masuk Islam daripadanya. Keislaman Abu Bakar adalah paling banyak membawa manfaat besar terhadap Islam dan kaum muslimin dibandingkan dengan keislaman selainnya, karena kedudukannya yang tinggi dan semangat serta kesungguhannya dalam berdakwah. Dengan keislamannya, maka tokoh-tokoh besar yang masyhur mengikutinya memeluk Islam seperti Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bain Abi Waqqash, Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah. [Redaksi www.khotbahjumat.com]
***

Keteladanan Abu Bakar

KHUTBAH JUM’AT PERTAMA


إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ …
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
Kaum muslimin yang berbahagia
Pada kesempatan kali ini, khatib akan membahas kepribadian Abu bakar, peran, dan jasanya dalam penyebaran Islam dengan harapan kita bisa mengambil teladan darinya.
Abu Bakar adalah salah satu sahabat yang utama. Beliau terkenal dengan kebaikan, keberanian, kokoh pendirian, selalu memiliki ide-ide cemerlang dalam keadaan genting, banyak tolorensi, penyabar, memiliki azimah (keinginan keras), faqih, paling mengerti dengan garis keturunan Arab dan berita-berita mereka, sangat bertawakal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan yakin dengan segala janji-Nya, bersifat wara dan jauh dari segala syubhat, zuhud terhadap dunia, selalu mengharapkan seseuatu yang lebih baik di sisi Allah, serta lembut dan ramah, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala meridhainya. Berikut ini khatib terangkan secara rinci hal-hal yang membuktikan sifat-sifat dan akhlaknya yang mulia ini.
Dalil yang menyebutkan bahwa Abu Bakar radhiallahu ‘anhu bersifat zuhud adalah hadis yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Abu Dawud, dari Aslam maula Umar radhiallahu ‘anhu, dia berkata,
سَمِعْتُ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ يَقُوْلُ: أَمَرَنَا رَسُوْلُ اللهِ أَنْ نَتَصَدَّقَ فَوَافَقَ ذلِكَ عِنْدِيْ مَالًا فَقُلْتُ: اَلْيَوْمَ أَسْبِقُ أَبَا بَكْرٍ إِنْ سَبَقْتُهُ يَوْمًا، قَالَ: فَجِئْتُ بِنِصْفِ مَالِيْ، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ : مَا أَبْقَيْتَ لِأَهْلِكَ؟ قُلْتُ: مِثْلَهُ، وَأَتَى أَبُوْ بَكْرٍ بِكُلِّ مَا عِنْدَهُ، فَقَالَ: يَا أَبَا بَكْرٍ مَا أَبْقَيْتَ لِأَهْلِكَ؟ قَالَ: أَبْقَيْتُ لَهُمُ اللهَ وَرَسُوْلَهُ. قُلْتُ: وَ اللهِ، لَا أَسْبِقُهُ إِلَى شَيْءٍ أَبَدً
“Saya mendengar Umar bin al-Khaththab berkata, ‘Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan kami untuk bersedekah, dan itu bertepatan ketika saya memang sedang memiliki harta, maka saya berkata (pada diriku), ‘Jika suatu hari saja bisa mengungguli Abu Bakar (dalam kebajikan), maka pada hari inilah saya akan bisa mengunggulinya.’ Umar berkata, ‘Lalu saya membawa setengah hartaku, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, ‘Apa yang kamu tinggalkan untuk keluargamu?’ Saya menjawab, ‘Saya meninggalkan (setengah harta sisa) semisalnya.’ Sedangkan Abu Bakur membawa seluruh harta yang dia miliki. Maka Rasulullah bertanya, ‘Wahai Abu Bakar, apa yang kamu sisakan untuk keluargamu?’ Dia menjawab, ‘Saya menyisakan Allah dan Rasul-Nya untuk mereka.’ Lalu saya berkata, ‘Demi Allah, saya tidak akan mampu mengungguli Abu Bakar sedikit pun, selamanya’.” (HR. Tirmidzi dan Abu Dawud).
Kaum muslimin yang berbahagia
Apa Kedudukan Abu Bakar di sisi Allah?
Abu Bakar adalah Teman Sejati Bagi Rasulullah
Abu Bakar adalah laki-laki yang pertama kali memeluk Islam, walaupun Khadijah lebih dahulu masuk Islam daripadanya. Keislaman Abu Bakar adalah paling banyak membawa manfaat besar terhadap Islam dan kaum muslimin dibandingkan dengan keislaman selainnya, karena kedudukannya yang tinggi dan semangat serta kesungguhannya dalam berdakwah. Dengan keislamannya, maka tokoh-tokoh besar yang masyhur mengikutinya memeluk Islam seperti Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bain Abi Waqqash, Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah.
Di awal keislamannya dia menginfakkan di jalan Allah harta yang dimilikinya sebanyak 40.000 dirham, dia banyak memerdekakan budak-budak yang disiksa karena keislamannya di jalan Allah, seperti Bilal. Dia selalu mengiringi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selama di Mekah, bahkan dialah yang mengiringi beliau ketika bersembunyi di dalam gua dan dalam perjalanan hijrah hingga sampai di kota Madinah. Di samping itu dia mengikuti seluruh peperangan yang diikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, baik perang Badar, Uhud, Khandaq, penaklukkan kota Mekah, Hunain, maupun peperangan di Tabuk.
Akhlak Abu Bakar inilah yang membuatnya menjadi sahabat utama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
يَا أَبَا بَكْرٍ، لاَ تَبْكِ إِنَّ أَمَنَّ النَّاسِ عَلَيَّ فِي صُحْبَتِهِ وَمَالِهِ أَبُو بَكْرٍ، وَلَوْ كُنْتُ مُتَّخِذًا مِنْ أُمَّتِيْ خَلِيْلاً لَاتَّخَذْتُ أَبَا بَكْرٍ خَلِيْلاً
Wahai Abu Bakar, jangan menangis! Sesungguhnya orang yang paling besar jasanya padaku dalam persahabatan dan hartanya adalah Abu Bakar, kalau seandainya aku mengambil khalil (sahabat kesayangan) dari umatku, niscaya aku akan menjadikan Abu Bakar sebagai khalilku.” (HR. Bukhari)
Diriwyatkan dari Ibnu Umar dia berkata, “Kami selalu membanding-bandingkan para sahabat di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam maka kami sepakat memilih Abu Bakar yang paling utama, kemudian Umar, selanjutnya Utsman bin Affan.”
Diriwayatkan dari Muhammad bin al-Hanafiyyah, dia berkata, “Aku bertanya kepada ayahku (Ali bin Abi Thalib) siapa orang yang paling baik setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?” Maka beliau menjawab “Abu Bakar!” Kemudian aku tanyakan lagi, “Siapa setelahnya?” Beliau menjawab, “Umar.” Dan aku takut jika dia menyebut Utsman sesudahnya, maka aku katakan, “Setelah itu pasti Anda.” Namun menjawab, “Aku hanyalah salah seorang dari kaum muslimin.”
Kaum muslimin rahimakumullah,
Apa Kelebihian Abu Bakar?
Sahabat yang Palign Banyak Ilmunya
Abu Sa’id al-Khudri berkata, “Suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah di hadapan para sahabat, dan berkata,
إِنَّ اللهَ خَيَّرَ عَبْدًا بَيْنَ الدُّنْيَا وَبَيْنَ مَا عِنْدَهُ فَاخْتَارَ ذَلِكَ الْعَبْدُ مَا عِنْدَ اللهِ
Sesungguhnya Allah telah menyuruh seorang hamba untuk memilih antara dunia atau memilih sesuatu yang ada di sisiNya, namun ternhyat ahamba tersebut memilih sesuatu yang di sisi Allah.” (HR. Bukhari).
Abu Sa’id berkata, “Maka Abu Bakar menangis, kami heran kenapa beliau menangis padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hanyalah menceritakan seorang hamba yang memilih kebikan. Akhirnya kami mengetahui bahwa hamba tersebut ternyata tidak lain adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri, dan Abu Bakarlah yang paling mengerti serta berilmu di antara kami.” Abu Bakar menangis tidak lain karena beliau mengetahui bahwa ajal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah dekat, sehingga hal itu membuatnya bersedih. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ مِنْ أَمَنِّ النَّاسِ عَلَيَّ فيِ صُحْبَتِهِ وَمَالِهِ أَبُوْ بَكْرٍ لَوْ كُنْتُ مُتَّخِذًا خَلِيْلاً غَيْرَ رَبِّيْ لَاتَّخَذْتُ أَبَا بَكْرٍ وَلَكِن أُخُوَّةُ الْإِسْلاَمِ وَمَوَدَّتُهُ، لاَ يَبْقَيَنَّ فِي الْمَسْجِدِ بَابٌ إِلاَّ سُدَّ إِلاَّ بَابُ أَبِيْ بَكْرٍ
Sesungguhnya orang yang paling besar jasanya padaku dalam persahabatan dan kerelaan mengeluarkan hartanya adalah Abu Bakar. Andai saja aku diperbolehkan mengangkat seseorang menjadi kekasihku selain Rabbku pastilah aku akan memilih Abu Bakar, namun cukuplah persaudaraan seislam dan kecintaan karenanya. Maka tidak tersisa pintu masjid kecuali tertutup selain pintu Abu Bakar saja.” (HR. Al-Bukhari)
Sikap Abu Bakar Sepeninggal Rasulullah
Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggal, kaum muslimin terpecah. Di antara mereka ada yang murtad, ada pula yang tidak percaya dengan berita meninggalnya Rasulullah. Pada saat inilah Abu Bakar tampil untuk menasihati kaum muslimin. Dia berkata,
مَنْ كَانَ يَعْبُدُ مُحَمَّدًا فَإِنَّ مُحَمَّدًا قَدْ مَاتَ وَمَنْ كَانَ يَعْبُدُ اللهَ فَإِنَّ اللهَ حَيٌّ لَا يَمُوْتُ
Barangsiapa yang menyembah Muhammad, maka sesungguhnya Muhammad telah wafat, dan barangsiapa yang menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah itu hidup tidak akan mati.” (HR. Bukhari).
Hadirin sidang Jumat yang dimuliakan Allah
Jasa-Jasa Abu Bakar
Abu Bakar Ash-Shiddiq termasuk sahabat yang pertama kali masuk Islam, dan selalu menyertai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sepanjang hidupnya, baik di Mekah maupun di Madinah. Tidak hanya itu, beliau adalah sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sekaligus teman bermusyawarah dan wazirnya. Di tangannya, para senior sahabat memeluk Islam seperti Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqash, dan Thalhah bin Ubaidillah. Abu Bakar selalu setia mendampingi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam menghadapi berabgai macam halangan dan rintangan, siap membela beliau dengan sepenuh jiwa, bahkan beliau pula yang telah membebaskan banyak budak-budak yang disiksa karena masuk Islam seperti Bilal, Amir bin Fuhairah, Ummu Ubaisy, Zinnirah, Nahdiyyah dan kedua putrinya, serta budak wanita milik Bani Mu’ammal juga dibebaskan olehnya.
Beliaulah yang menemani Nabi di kala hijrah, dan turut serta dalam setiap peperangan bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, seperti Badar, Uhud, Khandaq, Hudaibiyyah, penaklukkan ktoa Mekah, Hunain, Tabuk, dan pertempuran besar lainnya.
Setelah menjabat sebagai khalifah, beliaulah yang bertugas dan bertanggung jawab terhadap seluruh Negeri Islam dan wilayah kekhalifahannya sepeninggal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tercatat sejumlah reputasi beliau yang gemilang, di antaranya:
  1. Instruksinya agar jenazah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam diurus hingga dikebumikan.
  2. Melanjutkan misi pasukan yang dipimpin Usamah yang sebelumnya telah dipersiapkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebelum wafat.
  3. Kebijakannya menyatukan persepsi seluruh sahabat untuk memerangi kaum murtad dengan segala persiapannya ke arah itu kemudian instruksinya untuk memerangi seluruh kelompok yang murtad di wilayah masing-masing.
  4. Ibnu Katsir berkata, “Pada tahun 12 H, Abu Bakar Ash-Shiddiq memerintahkan Zaid bin Tsabit agar mengumpulkan Alquran dari berbagai tempat penulisan, baik yang ditulis di kulit-kulit, dedaunan, maupun yang dihafal dalam dada kaum muslimin. Peristiwa itu terajdi setelah pari Qari (penghafal Alquran) banhyak yang terbunuh dalam peperangan Yamamah, sebagaimana yang disebutkan dalam kitab Shahih al-Bukhari. Imam al-Bukhari berkata, Bab Pengumpulan Alquran, kemudian dia mulai menyebutkan sanadnya hingga sampai kepada Ibnu Syihab dari Ubaid bin Sabbaq, bahwa Zaid bin Tsabit pernah berkata, ‘Abu Bakar ash-Shiddiq mengirim surat kepadaku tentang orang-orang yang terbunuh di perang Yamamah, ketika aku mendatanginya, aku mendapati Umar bin Khaththab berada di sampingnya, maka Abu Bakar berkata, ‘Umar mendatangiku dan berkata, ‘Sesungguhnya banyak para Qurra’ (penghafal Alquran) yang telah gugur dalam peperangan Yamamah. Aku takut jika para Qari yang masih hidup kelak terbunuh dalam peperangan, akan mengakibatkan hilangnya sebagian besar dari ayat Alquran, menurut pendapatku, engkau harus menginstruksikan agar mereka mengumpulkan dan membukukan Alquran’.”
Aku bertanya kepada Umar, “Bagaimana aku melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?” Umar menjawab, “Demi Allah, ini adalah kebaikan!” Dan Umar terus menuntutku hingga Allah melapangkan dadaku untuk segera melaksanakannya, akhirnya aku pun setuju dengan pendapat Umar.
Zaid bin Tsabit berkata, “Kemudian Abu Bakar berkata padaku, “Engkau adalah seorang pemuda yang jenius, berakal, dan penuh amanah, dan engkau telah terbiasa menulis wahyu untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka carilah seluruh ayat Alquran yang berserakan dan kumpulkanlah.” Zaid berkata, “Demi Allah, jika mereka memerintahkan aku memikul gunung tentulah lebih ringan bagiku daripada melaksanakan instruksi Abu Bakar agar aku mengumpulkan Alquran.”
Aku bertanya, “Bagaimana kalian melakukan suatu perbuatan yang tidak diperbuat oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?” Dia berkata, “Demi Allah, ini adalah suatu kebaikan!” Dan Abu bakar terus berusaha meyakinkanku hingga akhirnya Allah melapangkan dadaku untuk menerimanya sebagaimana Allah melapangkan dada mereka berdua .”
Maka aku mulai mengumpulkan tulisan-tulisan Alquran yang ditulis di daun-daunan, kulit, maupun dari hafalan para penghafal Alquran, hingga akhirnya aku menemukan akhir surat at-Taubah yang ada pada Abu Khuzaimah al-Anshari, yang tidak aku dapatkan dari selainnya, yaitu ayat:
لَقَدْ جَآءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَاعَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ {128} فَإِن تَوَلَّوْا فَقُلْ حَسْبِيَ اللهُ لآَإِلَهَ إِلاَّهُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ {129}
Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, penderitaanmu terasa berat olehnya, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. Jika mereka berpaling dan keimanan, amaka katakanlah, ‘Cukuplah Allah bagiku. Tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Hanya kepadaNya aku bertawakal, dan Dia Rabb yang memiliki Arsy yang agung’.” (QS. At-Taubah: 128-129)
Kemudian Alquran yang telah dikumpulkan dan dibukukan itu disimpan oleh Abu Bakar hingga Allah mewafatkannya. Setelah itu berpindah ke tangan Umar sewaktu hidupnya, dan akhirnya berpindah ke tangan Hafshah binti Umar.
فَاسْتَبِقُواْ الْخَيْرَاتِ أَقُوْلُ قَوْلِي هَذا أَسْتَغْفِرُ اللهَ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ

KHUTBAH JUM’AT KEDUA

نّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا
Kaum muslimin yang dicintai Allah Subhanahu wa Ta’ala
Marilah kita meneladani keteguhan Abu Bakar dalam menegakkan Islam. Dia memiliki karakter seorang muslim sejati yang menjadikannya dicintai oleh Rasul-Nya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
يَاأَيُّهاَ الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepadaNya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragam Islam.” (QS. Ali Imran: 102)
للَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
Akhirnya, marilah kita berdoa kepada Allah Ta’ala, agar menjadikan kita termasuk hamba-hamba-Nya yang mempunyai hati yang selamat.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. وَصَلىَّ اللهُ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ تَسْلِيمًا كَثِيرًا وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ اْلحَمْدُ لِلهِ رَبِّ اْلعَالمَينَ.

Download Naskah Khutbah Jum’at

Download Khutbah Jumat Meneladani Abu Bakar (27)

Info Naskah Khutbah Jum’at

Sumber: Kumpulan Khutbah Jum’at Pilihan Setahun, Edisi ke-2, Darul Haq Jakarta, dengan sedikit penyuntingan seperlunya oleh redaksi www.khotbahjumat.com
Artikel www.khotbahjumat.com

read more

Dan Khalifah pun Terhina

0 komentar
Abu Abdillah Ahmad bin Hanbal mengatakan, “Ilmu agama adalah bagaikan simpanan harta yang Allah bagikan kepada siapa saja yang Allah cintai. Seandainya ada segolongan manusia yang berhak untuk diistimewakan untuk menjadi ulama tentu keluarga Nabi-lah yang paling berhak mendapatkan pengistimewaan. Atha’ bin Abi Rabah adalah orang Etiopia. Yazid bin Abu Habib itu orang Nobi yang berkulit hitam. Al Hasan Al Bashri adalah bekas budak milik kalangan Anshar. Sebagaimana Muhammad bin Sirin adalah mantan budak dari kalangan Anshar.” (Shifat Ash Shafwah, jilid 2, hal. 211).

Diantara ulama besar Islam di zaman tabiin yang berdomisili di Mekah adalah Abu Muhammad Atha’ bin Aslam Abu Rabah yang terkenal dengan sebutan Atha’ bin Abi Rabah.
Diantara bukti ketinggian ilmu Atha’ adalah pujian Ibnu Umar untuk beliau.
Dari ‘Amr bin Said dari ibunya, sang ibu bertutur bahwa ketika Ibnu Umar tiba di Mekah para penduduk Mekah tanya-tanya soal agama kepada beliau. Mendapati fenomena tersebut Ibnu Umar mengatakan, “Wahai penduduk Mekah mengapa kalian berkumpul menanyaiku padahal di tengah-tengah kalian terdapat Atha bin Abi Rabah.” (Shifat ash Shafwah, jilid 2, hal. 211).
Diantara sisi menarik dari hidup beliau adalah berikut ini,
Dari Ibrahim bin Ishaq Al Harbi, beliau bercerita bahwa Atha’ adalah budak berkulit hitam yang dimiliki oleh seorang perempuan dari penduduk Mekah. Disamping berkulit hitam, Atha’ adalah seorang yang sangat pesek sehingga digambarkan bahwa hidung Atha’ itu hanya seakan-akan biji kacang yang ada di wajahnya. Suatu hari Khalifah ketika itu yang bernama Sulaiman bin Abdul Malik datang menemui Atha’ bersama kedua anaknya. Mereka bertiga duduk di dekat Atha’ yang saat itu sedang mengerjakan shalat sunnah di masjid. Setelah beliau menyelesaikan shalatnya beliau memalingkan muka dari mereka bertiga. Mereka bertiga tidak henti-henti bertanya tentang berbagai hukum mengenai ibadah haji dan Atha’ menjawab pertanyaan mereka sambil membelakangi mereka. Setelah selesai bertanya di jalan pulang Khalifah Sulaiman berkata kepada kedua anaknya,
Wahai kedua anakku, janganlah kalian kendor dalam belajar agama karena aku tidak akan melupakan kehinaan kita di hadapan budak hitam ini.” (Shifat Ash Shafwah, jilid 2, hal. 211).
Ada beberapa petikan pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah di atas:
1). Ilmu itu didatangi bukan mendatangi. Lihatlah bagaimana seorang khalifah mendatangi seorang ulama untuk bertanya tentang masalah agama.
Dari Abul Qasim At Tafakur, aku mendengar Abu Ali al Hasan bin ‘Ali bin Bundar Al Zanjani bercerita bahwa Khalifah Harun Ar Rasyid mengutus seseorang kepada Malik bin Anas agar beliau berkenan datang ke istana supaya dua anak Harun Ar Rasyid yaitu Amin dan Makmun bisa belajar agama langsung kepada Malik. Malik menolak permintaan Khalifah Harun Ar Rasyid dan mengatakan, ‘Ilmu agama itu didatangi bukan mendatangi.’
Untuk kedua kalinya Khalifah Harun Ar Rasyid mengutus utusan yang membawa pesan sang khalifah, ‘Kukirimkan kedua anakku agar bisa belajar agama bersama murid-muridmu.’  Respon balik Imam Malik, ‘Silahkan dengan syarat keduanya tidak boleh melangkahi pundak supaya bisa duduk di depan dan keduanya duduk dimana ada tempat yang longgar saat pengajian.’ Akhirnya kedua putra khalifah tersebut hadir dengan memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Imam Malik. (Mukhtashar Tarikh Dimasyq, hal. 3769, Syamilah).
2). Seorang yang rendah di mata manusia dapat menjadi mulia karena ilmu. Lihatlah seorang kepala negara dengan kekuasaan nan luas nampak hina dihadapan seorang mantan budak yang berkulit hitam legam. Seorang budak yang tentu tidak punya kelas istimewa di mata manusia dan seorang yang buruk rupa nampak mulia di depan seorang kepala negara. Realita ini adalah diantara bukti benarnya sabda Nabi,
قَالَ عُمَرُ أَمَا إِنَّ نَبِيَّكُمْصلى الله عليه وسلم- قَدْ قَالَ « إِنَّ اللَّهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الْكِتَابِ أَقْوَامًا وَيَضَعُ بِهِ آخَرِينَ
Umar mengatakan “Sesungguhnya Nabi kalian pernah mengatakan, ‘Sesungguhnya Allah itu memuliakan dengan sebab Alquran (baca:ilmu agama) sebagian orang dan menghinakan sebagian orang dengan sebab Alquran(baca: berpaling dari ilmu agama).” (HR. Muslim, no. 1934).
3). Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik adalah seorang penguasa yang memiliki kualitas agama yang cukup baik. Ini dibuktikan dengan tidak canggung untuk bertanya kepada ulama sambil merendah-rendah di hadapan ulama dan kepergian beliau ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji.
وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ
“Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: “Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?” (QS. al Munafiqun:10).
Yang dimaksud dengan ‘aku termasuk orang-orang yang shalih’ adalah aku akan berhaji. Ibnu Abbas mengatakan, “Tidaklah ada orang yang berkewajiban untuk membayar zakat dan berhaji namun tidak melakukannya melainkan saat kematian pastilah dia akan memohon kepada Allah agar bisa kembali ke dunia” (Tafsir al Jalalain, hal. 566, terbitan Darus Salam Riyadh cet. kedua 1422 H).
4). Orang yang hendak mempraktikkan prilaku salaf dalam ‘menyikapi orang lain’-bukan dalam masalah praktik salaf dalam menjelaskan ibadah mahdhah-hendaknya menimbang perubahan dan perbedaan kondisi masyarakat, mulia dan tidaknya ilmu agama dan ulama ahli sunnah di masyarakat saat ini dan baik buruknya dampak perilaku tersebut terhadap citra Islam dan kaum muslimin secara umum dan citra dai, penuntut ilmu, ahli sunnah dan orang-orang shalih secara khusus. Kita tentu sepakat bahwa jika perbuatan Atha’ di atas (menjawab pertanyaan dengan membelakangi penanya) ditiru mentah-mentah oleh seorang ulama atau dai saat ini terhadap para penguasa saat ini, tentu yang terjadi adalah salah faham, buruk sangka dan citra buruk untuk Islam, dakwah Islam, ulama, dai bahkan umumnya kaum muslimin.
Sungguh tidak tepat praktik dakwah sebagian orang yang bersemangat meniru ulama salaf dalam rangka menyikapi orang lain tanpa menimbang adanya berbagai faktor yang melingkupi praktik ulama salaf sehingga praktik mereka di zaman mereka adalah praktik yang tepat, bijak dan tepat sasaran saat itu.
Penulis: Ustadz Aris Munandar, M.A.
Artikel www.KisahMuslim.com

read more

Kamis, 12 Januari 2012

~*~KETIKA PENYESALAN TAK LAGI BERGUNA~*~

Kamis, 12 Januari 2012
0 komentar
Ya Rabb, Inilah pengakuanku.
Aku berzina, terang-terangan dalam penglihatan-MU….
Rabb…. Dadaku dag-dig-dug.
Tangan dan tubuhku gemetar.
Menantikan peradilan di hadapan-NYA.

Akhirnya malaikat itu datang.
Membawa catatan amalanku di dunia.
Dibukanya layar….
Ditampilkan seluruh aktivitas duniaku.
Apa yang terlihat, sungguh membuatku menyesal….

Ya Rabb, kenapa mulutku tidak bisa bicara?
“Aku dulu selalu melihat wajah tampan lelaki bukan muhrim!” Kudengar mata berbicara lantang.
Lalu terlihat di layar, aku sedang melototi wajah-wajah tampan teman chatting, teman facebook, dan semua teman lelakiku.
Malunya aku, Rabb…
“Aku dulu selalu mendengarkan kalimat mesra dari seorang lelaki yang haram bagiku!” Kali ini telingaku bicara.
Ya, semasa di dunia aku hanya sibuk bertelepon ria dengan pacarku. Dia memanggilku ‘sayang’, akupun demikian… Dia bilang “I love you”…

Rabb… Kenapa semua aktivitasku penuh maksiat?
Kenapa kegiatanku hanya berpacaran?
Kenapa hari-hariku hanya disibukkan dengan nafsu syahwat semata?
Layar itu masih menampilkan rekaman kegiatan harianku.
Yang paling sering muncul adalah wajah seorang lelaki, yang sampai sekarang belum pernah kutemui.
Bahkan sampai ajalku menjemput,
aku sedang menelepon dia dan sayang-sayangan dengannya.

Lelaki itu..
wajahnya sungguh menarik hatiku.
Dialah salah satu teman facebook, situs jejaring sosial yang pada waktu ajal akan menjemputku, situs itu yang paling terkenaldan marak digunakan… Komunikasi di facebook, berlanjut ke sms, lalu telepon.
Sekadar mengingatkan untuk sarapan dan makan siang. Setelah itu, semakin intens hubungan kami.
Tengah malam selalu menjadi waktu paling menyenangkan bagi kami. “Sayang, aku mencintaimu…”

Ya Rabb.. Sia-siakah hariku? Tiap detik aku menghabiskan waktuku hanya untuk menghubungi dia.
Tiap menit aku hanya memikirkannya.
Bahkan pada waktu menghadap-MU…aku tak tersentuh oleh ayat-ayat-MU…. Apalah lagi qiyamullail, Rabb.
Untuk sekadar bangun subuh saja aku sulit.

Rabbi… Malam itu dia meneleponku. Malam kematianku.
Seperti biasa, dia menanyakan kabarku, bertanya tentang kuliahku, bertanya tentang keluargaku.
Dan hal yang selalu kami lakukan…ia memanggilku ‘sayang’ dan akupun demikian…. Aku sungguh menaruh hati padanya. Aku pun mencintai dia, seorang lelaki yang belum pernah aku temui.

Rabbi… Aku mengaku salah.
Aku pacaran dengannya, walaupun kami tak pernah bertemu
Aku berzina! Lidahku berzina mengucap sayang padanya tanpa didasari ikatan pernikahan.
Telingaku berzina mendengarkan pujian sayang dan kalimat mesranya padaku. Mataku berzina melihat foto-fotonya. Hatikuberzina karena selalu merindukannya.

Rabbi… Aku sudah menghadap-MU, dalam su’ul khatimah. Kumohon, sadarkan lelaki itu ya Allah. Jangan biarkan ia mati dalam keadaan seperti itu. Sadarkan ia ya Rabb…
Facebook, semuanya bermula. Rabb, aku berzina. Seberapapun kecilnya, aku sudah berzina. Mataku, telingaku, lidahku, hatiku…..
Menetes air mata ini. Andai aku bisa kembali ke dunia lagi….

Na'audzubillah min dzalik

Subhaanakalloohumma wa bihamdika, asyhadu allaa ilaaha illaa anta, astaghfiruka wa atuubu ilaik.

Sumber:
Member IAMTP Muhammad Yan Alghifari.
Posting by : Ameera Afya Nurjannah.

read more

✿ ܓ Renungan untuk Wanita ✿ܓ

0 komentar
Bismillaah. . .

( ♥ ♥ )
Entah angin apa yang membuai hari ini, membuatku begitu berani mencoretkan sesuatu untuk dirimu yang ndak pernah aku kenali. Aku sebenarnya ndak pernah berniat untuk memperkenalkan diriku kepada siapapun. Apalagi mencurahkan sesuatu yang hanya aku khususkan buatmu sebelum tiba masana. Kehadiran sseorang lelaki yang menuntut sesuatu yang kujaga rapi selama ini semata-mata buatmu, itulah hati dan cintaku, membuatku tersadar dari lenaku yang panjang. . .

Ibu telah mendidikku semenjak kecil agar menjaga maruah dan mahkota diriku karena ALLAH telah menetapkanna untukmu suatu hari nanti. Kata ibu, tanggungjawab ibu bapak terhadap anak perempuan ialah menjaga dan mendidikna sehingga seorang lelaki mengambil-alih tanggungjawab itu dari mereka. Jadi, kau telah wujud dalam diriku sejak dulu. Sepanjang umurku ini, aku menutup pintu hatiku dari lelaki manapun karena aku tidak mau membelakangimu. . .

Aku menghalang diriku dari mengenali lelaki manapun karena aku ndak mau mengenal lelaki lain selainmu, apa lagi memahami mereka. Karena itulah aku sekuat ‘kodrat yang lemah ini’ membatasi pergaulanku dengan bukan mahromku. Aku lebih suka berada di rumah karena rumah itu tempat yang terbaik buat seorang perempuan. Aku sering merasa ndak selamat dari diperhatikan lelaki. Bukanlah aku bersangka buruk terhadap kaummu, tetapi lebih baik aku berwaspada karena contoh banyak di depan mata. . .

Aku palingkan wajahku dari lelaki yang asyik memperhatikan diriku atau coba merayuku. Aku sedaya mungkin melarikan pandanganku dari lelaki ajnabi (asing) karena Sayyidah Aisyah pernah berpesan, “Sebaik-baik wanita ialah yang ndak memandang dan ndak dipandang oleh lelaki.”
Aku ndak ingin dipandang cantik oleh lelaki. Biarlah aku hanya cantik di matamu. Apalah gunana aku menjadi idaman banyak lelaki sedangkan aku hanya bisa menjadi milikmu seorang. Aku ndak merasa bangga menjadi rebutan lelaki bahkan aku merasa terhina diperlakukan sebegitu seolah-olah aku ini barang yang bisa dimiliki sesuka hati. . .

Aku juga ndak mau menjadi penyebab kejatuhan seorang lelaki yang dikecewakan lantaran terlalu mengharapkan sesuatu yang tidak dapat aku berikan. Bagaimana akan kujawab di hadapan ALLAH kelak andai ditanya? Adakah itu sumbanganku kepada manusia selama hidup di muka bumi? Kalau aku ndak ingin kau memandang perempuan lain, aku dululah yang perlu menundukkan pandanganku. Aku harus memperbaiki dan menghias pribadiku karena itulah yang dituntut oleh ALLAH. Kalau aku ingin lelaki yang baik menjadi suamiku, aku juga perlu menjadi perempuan yang baik. Bukankah Allah telah menjanjikan perempuan yang baik itu untuk lelaki yang baik? ? ?

ndak kunafikan sebagai remaja, aku memiliki perasaan untuk menyayangi dan disayangi. Namun setiap kali perasaan itu datang, setiap kali itulah aku mengingatkan diriku bahwa aku perlu menjaga perasaan itu karena ia semata-mata untukmu. ALLAH telah memuliakan seorang lelaki yang bakal menjadi suamiku untuk menerima hati dan perasaanku yang suci. Bukan hati yang menjadi labuhan lelaki lain. Engkau berhak mendapat kasih yang tulen. . .

Diriku yang memang lemah ini telah diuji oleh ALLAH saat seorang lelaki ingin berkenalan denganku. Aku dengan tegas menolak, berbagai macam dalil aku kemukakan, tetapi dia tetap ndak berputus asa. Aku merasa seolah-olah kehidupanku yang tenang ini telah dirampas dariku. Aku bertanya-tanya adakah aku berada di tebing kebinasaan ? Aku beristigfar memohon ampunanNya. Aku juga berdoa agar Pemilik Segala Rasa Cinta melindungi diriku dari kejahatan. . .

Kehadirannya membuatku banyak memikirkan tentang dirimu. Kau kurasakan seolah-olah wujud bersamaku. Di mana saja aku berada, aqal sadarku membuat perhitungan denganmu. Aku tahu lelaki yang menggodaku itu bukan dirimu. Malah aku yakin pada gerak hatiku yang mengatakan lelaki itu bukan teman hidupku kelak. . .

Aku bukanlah seorang gadis yang cerewet dalam memilih pasangan hidup. Siapalah diriku untuk memilih permata sedangkan aku hanyalah sebutir pasir yang wujud di mana-mana. . .

Tetapi aku juga punya keinginan seperti wanita solehah yang lain, dilamar lelaki yang bakal dinobatkan sebagai ahli syurga,Sang PENFEKAR SUNNAH yang memimpinku ke arah tujuan yang satu. . .

ndak perlu kau memiliki wajah setampan Nabi Yusuf 'Alayhisalam, juga harta seluas perbendaharaan Nabi Sulaiman 'Alayhisalam, atau kekuasaan seluas kerajaan Nabi Muhammad Shallallahu 'Alayhi wasallam, yang mampu mendebarkan hati juataan gadis untuk membuat aku terpikat. . .

Andaina kaulah jodohku yang tertulis di Lauhul Mahfuz, ALLAAH pasti akan menanamkan rasa kasih dalam hatiku juga hatimu. Itu janji ALLAH. Akan tetapi, selagi kita tidak diikat dengan ikatan yang sah, selagi itu jangan dimubazirkan perasaan itu karena kita masih nidak mempunyai hak untuk begitu. Juga jangan melampaui batas yang telah ALLAH tetapkan. Aku takut perbuatan-perbuatan seperti itu akan memberi kesan yang tidak baik dalam kehidupan kita kelak.

Permintaanku ndak banyak. Cukuplah engkau menyerahkan seluruh dirimu pada mencari ridho Illahi. Aku akan merasa amat bernilai andai dapat menjadi tiang penyangga ataupun sandaran perjuanganmu. . .

Aku pasti berendam airmata darah, andaina engkau menyerahkan seluruh cintamu kepadaku. Cukuplah kau mencintai ALLAH dengan sepenuh hatimu karena dengan mencintai ALLAH, kau akan mencintaiku karenaNya. Cinta itu lebih abadi daripada cinta biasa. Moga cinta itu juga yang akan mempertemukan kita kembali di syurga. . .

Wassalamu'alaykum. . .

Seorang gadis yang membiarkan dirinya dikerumuni, didekati, diakrabi oleh lelaki yang bukan mahromna cukuplah dengan itu hilang harga dirina. . .di hadapan ALLAH! ! !Di hadapan ALLAH! ! ! Di hadapan ALLAH! ! ! PELIHARALAH DIRI DAN JAGA KESUCIAN.

dariku,
yang mencintaimu Lillaah,Billaah,fillaah. . .

♥ jika qt mencintai ALLAH,maka qt akan memiliki segalana ♥
salam ukhwah admin baru page IAMTP :
Filzah Aulia Mahabbah

read more
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 

Follow me in the Fb

Followers

Page Range

Mutiara Kata

“Kita asyik dengan pertarungan militer, sukses menempa hati ikhlas, berhasil menciptakan cinta mati syahid. Tetapi, kita lalai memikirkan kekuasaan (politik). Kita tak sepenuh hati menggelutinya. Kita masih memandang bahwa politik adalah barang najis. Akhirnya, kita sukses mengubah arah angin; kemenangan dengan pengorbanan yang mahal bisa kita raih. Tetapi, menjelang babak akhir, saat kemenangan siap dipetik, musuh-musuh melepaskan tembakan ‘rahmat’ untuk menjinakkan kita.” (Tokoh Jihad Afghan-Arab)