Home | Looking for something? Sign In | New here? Sign Up | Log out

Rabu, 30 September 2009

Dari yang Ter Asingkan

Rabu, 30 September 2009
0 komentar
erangan yang dilancarkan secara terus menerus melawan dunia Barat dan kepentingan-kepentingannya semakin meluas dan meningkat frekuensinya. Kasus berkaitan dengan aksi-aksi tersebut harusnya diteliti secara seksama, apa yang menstimulus aksi-aksi tersebut. Aksi-aksi tersebut wajar kalau meningkat karena aksi tersebut merupakan respon terhadap perang yang dilancarkan oleh AS dan sekutu-sekutunya, dan tentunya aksi tersebut akan terus berlanjut.


Pertanyaan yang mesti ditanyakan adalah apa-apa yang menjadi motivasi seseorang sehingga melakukan aksi seperti 11 september 2001 (WTC) dan lain-lain, yang menyebabkan kerusakan dan kematian banyak orang ? apa yang dapat memotivasi seseorang untuk melakukan mutilasi terhadap tubuh-tubuh tentara AS dan meletakkanya di jalan sebagaimana mereka telah melakukan di Fallujah? Apa yang memotivasi seseorang untuk mengikatkan diri mereka dengan bom dan meledakkannya di tengah-tengah musuh yang mana mereka sendiri dapat mengetahui bahwa dengan aksi mereka itu dapat mengorbankan hidup mereka?
Ketika seseorang melakukan kejahatan yang mengerikan seperti mutilasi, menahan orang, membunuh, perbuatan perkosaaan atau menyiksa anak kecil yang dirawatnya sendiri, muncul pertanyaan, apa sebab di balik perbuatan itu ? Apa yang menghantarkan orang melakukan perbuatan tersebut pertama kali ? Analisis dilakukan berdasar latar belakang dari orang ini, masa kecilnya dan didikan/asuhan yang diterimanya, untuk menguraikan kemungkinan alasan untuk menjelaskan sebab perbuatan kejahatan yang buruk itu ?

Seorang psikolog akan memulai analisisnya dari mentalitas seseorang yang membawa semua kemungkinan faktor yang perlu untuk dipertimbangkan dalam rangka mencoba dan memahami alasan dari orang ini dan diakhir analisis mereka akan ditemukan dalam beberapa eksperimen pasti bahwa kekejaman/ kebiadaban yang terjadi pada masa kanak-kanak mereka mengakibatkan mereka melakukan cara/ sikap ini pula dikemudian hari kelak dalam kehidupannya.

Semua proses di atas merupakan investigasi analisis yang dilakukan untuk mencoba dan memahami kenapa seseorang melakukan sebuah kejahatan sehingga dari sini dapat diambil cara untuk mencegahnya, akan tetapi ketika ada orang melakukan perbuatan terorisme tidak ada satu risetpun dilakukan, terlebih orang yang melakukan perbuatan tersebut dipercayai dengan propaganda bahwa semua Muslim adalah ekstrimis dan memiliki sifat alamiah membunuh orang lain. Propaganda ini akan berpengaruh mengalihkan umat dari kebenaran sebab perbuatan tersebut dan kebenaran alasan kenapa mereka melakukannya.

Mari kita teliti mentalitas rata-rata Muslim yang ada di negara seperti Iraq, Afghanistan atau Palestina, semua orang Muslim yang hidup di sana menghadapi tekanan dan pertumpahan darah selama bertahun-tahun. Hidup di negeri tersebut, seseorang akan berhadapan dengan kematian dan kehancuran setiap hari, dengan realita ancaman atas kehidupannya sendiri sewaktu-waktu. Bom-bom terus menerus meledak di negerimu tanpa pandang bulu, merusak rumah-rumahmu dan menghancurkan mesjid-mesjid di lokasimu menjadi puing-puing sehingga jumlahnya menjadi sedikit, membunuh keluargamu dan teman-temanmu, memperkosa wanita-wanita kaummu, semua kejadian itu terjadi dengan menggunakan kekerasan secara paksa dan kamu sendiri yang menyaksikan semua itu.

Di Palestina umat muslim disana dihinakan setiap hari dengan menjalani cek keamanan sewaktu-waktu yang membuat perasaan seperti aneh hidup di negeri sendiri, tugas yang sederhana menjadi tugas yang komplek dan beban yang berat. Di Iraq umat muslim menghadapi ancaman yang serupa, mereka menjalani pemeriksaan keamanan sewaktu-waktu oleh kekuatan penjajah. Orang-orang tersebut memiliki kehidupan yang hancur karena akibat dari kekuatan agresi, mereka hidup dalam kegelisahan, hidup dalam ketakutan dengan ancaman serangan yang mungkin terjadi secara tiba-tiba. Umat muslim yang hidup disana melihat komunitasnya dimusnahkan, kaumnya dipenjara dan disiksa, mereka kehilangan semua yang mereka miliki dan barang-barang harta benda yang mereka punyai akibat bom dan perampasan. Kehormatan mereka dihinakan, keimanan/keyakinan mereka diolok-olok dan intelegensi mereka juga dicela/dihina. Coba tanyakan pada dirimu sendiri, mentalitas apa yang dimungkinkan ada pada orang-orang yang mengalami peristiwa seperti itu?

Setelah mengetahui semua pengalaman hidup yang mereka (umat muslim) alami pihak musuh sama sekali tidak menyesal terhadap apa yang telah mereka lakukan dan tidak peduli terhadap semuanya itu, pihak musuh hanya peduli pada diri mereka sendiri dan kepentingan-kepentingannya. Musuh berniat untuk mencuri harta umat dengan mengklaim bahwa mereka datang untuk menolong umat muslim dengan tangan yang terbasuh oleh darah yang disembunyikan dipunggung mereka. Umat muslim hanya bisa melihat bahwa mereka memiliki satu musuh yaitu orang-orang salib yang bersekutu dengan AS, umat muslim melawan mereka dengan kemarahan dan kebencian yang amat besar terhadap mereka karena merekalah yang menjadi sebab atas semua masalahnya. Orang-orang muslim tersebut secara realita tidak memiliki senjata untuk berperang kecuali dengan apa yang mereka miliki yaitu digerakkan oleh iman mereka (keyakinan dalam Islam) seperti seseorang yang mengorbankan hidupnya untuk menciptakan bahaya atas musuh adalah sesuatu yang bisa dia lakukan, dalam beberapa kasus hanya itulah sesuatu yang bisa dia perbuat.

Sama halnya dengan seseorang yang melakukan aksi 11 September dan bom di Madrid karena tidak ada sesuatupun perbandingan penderitaan apapun yang melebihi dari apa yang telah dia dan teman-temannya alami. Mentalitasnya telah membawanya pada kebencian yang sangat terhadap musuh (AS) dan perbuatannya merupakan respon/tanggapan terhadap apa yang telah mereka alami. Dalam faktanya, seluruh generasi dari umat akan terlahir dengan membawa mentalitas ini dan akan menghantarkan pada kemusnahan rezim Barat dimasa yang akan datang dan itu merupakan cita-cita mereka dalam dien. Apakah mengherankan jika nanti mendengar bahwa umat muslim melakukan aksi teror melawan rezim Barat sebagai salah satu aksi yang berarti mempertahankan diri mereka? Apakah heran mengetahui bahwa umat muslim membawa kebencian terhadap rezim Barat? Dan menyimpan kebencian pula terhadap orang-orang yang mendukung dan mengizinkan pemerintahannya meneruskan tekanan/kedhaliman ini? Apakah mengherankan jika umat muslim menginginkan rezim Barat pergi dari tanah-tanah mereka dan mengambil hak “kebebasan” dan kemerdekaan mereka?

Anak yang tumbuh dalam lingkungan yang terekspos aksi-aksi seperti itu, coba tebak tipe mentalitas apa yang akan dimiliki atas anak yang dibesarkan dengan lingkungan demikian? Dapat dipastikan anak ini akan mengetahui bahwa AS adalah negara yang harus bertanggung jawab atas pembunuhan keluarganya, pengrusakan komunitasnya, pemerkosaan saudara-saudaranya, pencurian atas kekayaannya dan sebab atas semua bahaya dan penderitaan yang telah dialaminya. Seorang anak yang tumbuh dalam lingkungan ini akan memiliki gambaran yang jelas siapa orang yang patut disalahkan atas situasi ini dan siapa realita musuhnya. Anak ini akan tumbuh menjadi seorang mujahid, orang yang tidak menginginkan apapun melainkan pembalasan dendam atas musuh untuk apa yang telah mereka lakukan, misi dalam hidupnya adalah menciptakan kerusakan yang maksimal kepada musuhnya atas penderitaan dan kesedihan yang mendalam yang terpaksa dia tahan selama ini. Dia akan melakukan apapun yang bisa dilakukan untuk mengalahkan kedholiman rezim tersebut dan membebaskan orang-orang dari pembunuhan yang kejam serta membebaskan orang-orang dari politik hegemoni yang diterapkan di negeri mereka.

Mentalitas ini bagaimanapun tidak hanya terbatas pada orang-orang yang tinggal dan hidup di negara tersebut, lebih dari itu mentalitas tersebut teraplikasi atas seluruh umat muslim yang ada di dunia karena kita diikat secara bersama-sama oleh iman. Karena itulah kita disatukan dalam satu persaudaraan. Rasulullah Muhammad SAW. Mengatakan ; umat muslim adalah satu bangsa, tanah kita adalah satu dan perang kita adalah satu. Dalam riwayat lain Beliau bersabda : Bahwa umat muslim adalah satu tubuh, ketika satu bagian tubuh menderita maka bagian tubuh yang lain akan merasakan sakit. Karenanya rasa lapar, rasa takut, rasa sakit dan derita yang dirasakan oleh umat muslim di negara-negara tersebut secara langsung juga dirasakan oleh kita dalam hati kita, tangisan mereka dan jeritan mereka didengar oleh kita karena itulah kita harus meresponnya, airmata mereka adalah air mata dari ibu dan bapak kita, penderitaan mereka adalah penderitaan dari keluarga kita, pembunuhan dan tertumpahnya darah mereka adalah pembunuhan dan tertumpahnya darah dari komunitas kita, penghinaan terhadap mereka adalah penghinaan buat kami juga, perang mereka adalah perang kami pula dan respon mereka adalah respon kami.

Dunia menyaksikan gambaran dari tahanan-tahanan muslim di Iraq, gambaran yang dimunculkan ke dunia bahwa tahanan-tahanan muslim di Iraq penuh dengan kebiadaban dan siksaan yang kejam, tidaklah itu dilakukan kecuali oleh orang-orang yang berusaha menimpakan kesalahan pada orang lain. Kenyataannya kebohongan semacam ini memang diciptakan di Iraq dan ini suatu hal yang amat menggelikan, ini adalah bukti tanpa keraguan bahwa kekuatan AS dan Inggris telah terlibat di dalamnya selama beberapa tahun yang lalu dimana pemerintah setempat telah mengetahui akan hal itu dan mereka dengan sengaja tampak tidak tahu menahu supaya praktek ini tampak sebagai suatu yang wajar terjadi. Mereka berusaha untuk tutup mulut agar kebenaran yang sesungguhnya tidak terketahui oleh dunia. Pemerintah Barat tidak peduli akan kehidupan dan kehormatan umat muslim, mereka tidak peduli tentang penderitaan dan kehinaan yang kita alami, mereka hanya memperdulikan posisi mereka dan mengambil manfaat dari posisinya itu. Mentalitas apa yang dapat kamu prediksi pada orang yang mengalami penderitaan di bawah kedzoliman para tentara AS dan sekutunya? Mentalitas apa yang akan dibawa oleh seseorang yang menyaksikan siksaan demi siksaan atau mendengar aksi-aksi seperti itu selain melakukan perlawanan terhadap mereka.

Siksaan yang kita terima di Iraq bukan suatu berita yang baru bagi umat muslim, kita telah mengalami perlakuan seperti ini dari rezim-rezim terdahulu sebelumnya beberapa kali akan tetapi satu hal yang nyata dalam benak kami berkaitan dengan airmata buayamu dan permintaan maafmu, kami berjanji bahwa kami tidak akan pernah melupakan perbuatan kebiadaban ini dalam menindas umat kami dan kami tidak akan pernah mampu menghapus tangisan dari umat kami dari ingatan kami. Kami berjanji bahwa kami tidak akan pernah beristirahat hingga setiap tetesan darah yang keluar dari umat muslim dapat terbalaskan dan setiap airmata yang tertumpahkan atas apa yang mereka lakukan dapat tergantikan. Kami berada di antara umat yang di dalamnya terdapat orang-orang yang akan mencurahkan kehidupan mereka agar dapat menjamin bahwa ini akan menjadi sebuah realita, orang yang menginginkan kematian di jalan Allah dimana kamu justru menginginkan kehidupan, orang yang tidak takut kepada siapapun melainkan hanya kepada Allah SWT yang maha kuasa. Tentara Allah di muka bumi ini akan mencari kamu dimanapun kamu berada dan mereka akan membawamu kepada kematian dan kerusakan dimana kamu telah melakukannya kepada kami.

Ya Allah! Ampunilah kami jika kami lalai dalam melaksanakan kewajiban kami terhadap-Mu, Ampunilah kami jika kami membiarkan umat kami terlarut dalam kemalasan atau mengejar kepuasan terhadap diri sendiri. Ya Allah! Ampunilah kami jika kami tidak merespon tangisan dari saudara-saudara kami, ampunilah kami karena membiarkan umat turun tingkatan keimanannya.

Ya Allah! Hadirkanlah dari umat ini orang yang berdiri tegap untuk mempertahankan kehormatan umat muslim, hadirkanlah orang yang berjuang mengembalikan kemuliaan umat kami, hadirkanlah orang yang akan selalu meninggikan kalimat-Mu.

Ya Allah! Kuatkanlah umat muslim, kembalikanlah kehormatan dan martabat umat muslim.

Ya Allah! Hancurkanlah musuh-musuh Islam dan kaum muslimin, hancurkanlah orang-orang kafir dan kekuasaan mereka yang menguasai kami, jatuhkanlah dan hinakanlah orang-orang kafir sebagaimana mereka telah melakukannya pada kami.

Ya Allah! Jadikanlah kami berada diantara orang-orang yang berperang dan berjuang untuk mencapai rahmat-Mu di akherat kelak.

(arrahmah/almuhajirun)

read more

TERORISME YANG SEBENARNYA

0 komentar
Istilah terorisme telah mengglobal dan dibicarakan oleh hampir seluruh kalangan. Bahkan istilah atau kata terorisme telah dipergunakan oleh Amerika sebagai instrumen kebijakan standar untuk memukul atau menindas lawan-lawannya dari kalangan Islam. Perang melawan terorisme telah menjadi teror baru bagi masyarakat, khususnya kaum Muslimin yang berdakwah dan bercita-cita menjalankan syariat secara kaaffah. Lalu apakah pengertian sebenarnya dari istilah terorisme ini? Siapakah teroris yang sebenarnya?
Definisi Terorisme
Masalah pertama dan utama dalam perdebatan seputar "terorisme" adalah masalah definisi. Tidak ada satu definisi pun yang disepakati oleh semua pihak. Terorisme akhirnya menjadi istilah multitafsir, setiap pihak memahaminya menurut definisi masing-masing, dan sebagai akibatnya aksi dan respon terhadap terorisme pun beragam.
Sebenarnya, istilah terorisme bukan suatu hal yang kompleks, bahkan secara bahasa istilah ini tidak mampu memberikan arti secara menyeluruh. Lalu kenapa orang lambat sekali dalam menempatkan definisi istilah ini?
Dari fakta yang ada, terdapat sebuah kedengkian di balik semua ini, karenanya dibutuhkan definisi yang menyeluruh termasuk variasi komponen-komponennya dan batasan-batasan yang diperlukan dari aspek yang berlawanan dengan komponen tersebut. Dalam fikiran banyak orang sekarang ini justru membutuhkan banyak kalangan untuk mendefinisikan istilah ini supaya tidak menjatuhkan hukuman pada orang yang tidak bersalah atas sejumlah tindak kejahatan dan sejumlah kebenaran yang disimpangkan.
Terorisme menurut Badan Intelijen Pertahanan Amerika Serikat adalah “Tindak kekerasan apapun atau tindakan paksaan oleh seseorang untuk tujuan apapun selain apa yang diperbolehkan dalam hukum perang yang meliputi penculikan, pembunuhan, peledakan pesawat, pembajakan pesawat, pelemparan bom ke pasar, toko, dan tempat-tempat hiburan atau yang sejenisnya, tanpa menghiraukan apa pun motivasi mereka.”
Oxford’s Advanced Learner’s Dictionary, 1995 mendefinisikan Terorisme adalah Penggunaan tindak kekerasan untuk tujuan politis atau untuk memaksa sebuah pemerintahan untuk melakukan sesuatu (yang mereka tuntut), khususnya untuk menciptakan ketakutan dalam sebuah masyarakat.
Badan intelejen Amerika CIA mendefinisikan Terorisme Internasional sebagai terorisme yang dilakukan dengan dukungan suatu pemerintahan atau organisasi asing dan atau diarahkan untuk melawan nasional, institusi, atau pemerintahan asing.
Dalam Oxford Dictionary disebutkan : Terrorist : noun person using esp organized violence to secure political ends. (perorangan tertentu yang mempergunakan kekerasan yang terorganisir dalam rangka meraih tujuan politis).
Dalam Encarta Dictionary disebutkan : Terrorism : Violence or the threat of violence carried out for political purposes. (Kekerasan atau ancaman kekerasan yang dilakukan demi tujuan politis).

Terrorist : Somebody using violence for political purposes : somebody who uses violence or the threat of violence, especially bombing, kidnapping, and assassanition, to intimidate, often for political purposes. (Seseorang yang menggunakan kekerasan untuk tujuan politis: seseorang yang menggunakan kekerasan, atau ancaman kekerasan, terkhusus lagi pengeboman, penculikan dan pembunuhan, biasanya untuk tujuan politis).
Dr. F. Budi Hardiman dalam artikel berjudul "Terorisme: Paradigma dan Definisi" menulis: "Teror adalah fenomena yang cukup tua dalam sejarah. Menakut-nakuti, mengancam, memberi kejutan, kekerasan, atau mem­bunuh dengan maksud menyebarkan rasa takut adalah taktik-taktik yang sudah melekat dalam perjuangan kekua­saan, jauh sebelum hal-hal itu dinamai “teror” atau “terorisme”.
Istilah “terorisme” sendiri pada 1970-an dikenakan pada beragam fenomena: dari bom yang meletus di tempat-tempat publik sampai dengan kemiskinan dan kelaparan. Beberapa pemerintah bahkan menstigma musuh-musuhnya sebagai “teroris” dan aksi-aksi mereka disebut “terorisme”. Istilah “terorisme” jelas berko­notasi peyoratif, seperti juga istilah “genosida” atau “tirani”. Karena itu istilah ini juga rentan dipolitisasi. Kekaburan definisi membuka peluang penyalahgunaan. Namun pendefinisian juga tak lepas dari keputusan politis."
Mengutip dari Juliet Lodge dalam The Threat of Terrorism (Westview Press, Colorado, 1988), “teror” itu sendiri sesungguhnya merupakan pengalaman subjektif, karena setiap orang memiliki “ambang ketakutannya” masing-masing. Ada orang yang bertahan, meski lama dianiaya. Ada yang cepat panik hanya karena ketidaktahuan. Di dalam dimensi subjektif inilah terdapat peluang untuk “kesewenangan” stigmatisasi atas pelaku terorisme.

Amerika Memanfaatkan Terorisme Untuk Melawan Islam
Noam Chomsky, ahli linguistik terkemuka dari Massachussetts Institute of Technology, AS, telah menyebutkan kebijakan Amerika dan Barat terhadap Dunia Islam dengan isu "terorisme" ini sudah begitu kuat terasa sejak awal 1990–an. Tahun 1991, ia menulis buku "Pirates and Emperor: International Terrorism in The Real World."
Dalam artikelnya yang dimuat oleh harian The Jakarta Post (3 Agustus 1993), dan dimuat ulang terjemahannya oleh harian Republika dengan judul "Amerika Memanfaatkan Terorisme Sebagai Instrumen Kebijakan", ia menulis bahwa Amerika memanfaatkan terorisme sebagai instrumen kebijakan standar untuk memukul atau menindas lawan-lawannya dari kalangan Islam.
Jadi, kebijakan Amerika dan Barat untuk memerangi dunia Islam dengan menggunakan isu "perang melawan terorisme internasional" sudah digulirkan sejak awal 1990-an, jauh sebelum kemunculan Taliban, apalagi Al-Qaeda, tragedi WTC maupun berbagai pemboman di sejumlah kawasan di dunia Islam.
Demikianlah, perang melawan terorisme yang digalang oleh Amerika, Barat dan antek-anteknya, sejatinya adalah perang malawan Islam dan kaum Muslimin. Targetnya adalah umat Islam, sampai kepada titik mengganti kurikulum pendidikan agama agar sesuai dengan nilai-nilai dan keinginan Barat. Upaya apapun untuk mengkaburkan hakekat ini, justru kontra produktif dan menguntungkan mereka-mereka yang membenci Islam.

Bagaimana Dengan Islam ?

Dalam Islam, istilah terorisme sendiri tidak pernah dikenal. Jikapun dicari padanan kata terorisme, maka yang dikenal adalah istilah Al Irhab, yang menurut Imam Ibnu Manzhur dalam ensiklopedi bahasanya mengatakan: Rohiba-Yarhabu-Rohbatan wa Ruhban wa Rohaban : Khoofa (takut). Rohiba al-Syai-a Rohban wa Rohbatan : Khoofahu (takut kepadanya).
Bisa difahami bahwa kata Al-Irhab (teror) berarti (menimbulkan) rasa takut. Irhabi (teroris) artinya orang yang membuat orang lain ketakutan, orang yang menakut-nakuti orang lain. Dus, setiap orang yang membuat orang yang ia inginkan berada dalam keadaan ketakutan adalah seorang teroris. Ia telah meneror mereka, dan sifat "teror" melekat pada dirinya, baik ia disebut sebagai seorang teroris maupun tidak; baik ia mengakui dirinya seorang teroris maupun tidak.
Dalam Islam, tidak diperbolehkan untuk melanggar kesucian kehidupan seseorang, baik secara lisan, fisik, maupun finansial, tanpa ijin atau hak dari Sang Pencipta, Allah SWT. Setiap Muslim memiliki kesucian jiwa, harta, dan kehormatan, sebagaimana Sabda Rasulullah SAW :
“Barangsiapa membantu orang untuk membunuh kaum Muslimin bahkan dengan sebuah ucapan atau kurma, maka dia kafir.”

Kalau demikian adanya, maka apa namanya ketika tentara Amerika datang dari jauh ke Irak untuk membunuh dan menawan kaum Muslimin, seraya mengklaim bahwa mereka memerangi teroris, yang diartikan (menurut) mereka dengan menghancurkan masjid-masjid, menawan para Muslimah, menginjak-injak Al-Qur’an sebagaimana mereka melakukannya juga di negeri-negeri kaum Muslimin lainnya ? Tindakan inilah yang merupakan akar permasalahan terorisme yang hingga saat ini terus berlanjut.
Amerika, The Real Terrorist

Ungkapan di atas adalah fakta yang tidak terbantahkan. Terlalu banyak dan panjang catatan peristiwa sejarah Amerika yang dapat membuktikan bahwa Amerika adalah teroris sejati. Amerika dengan dukungan sekutunya NATO, berhasil menekan PBB untuk mengembargo Irak, pasca Perang Teluk Kedua (1991). Kaum Muslimin menjadi korban, tidak kurang 1,5 juta orang meninggal. Belum lagi mereka yang cacat dibombardir tentara Multinasional dalam Perang Teluk Kedua ini.
Setelah lebih dari 12 tahun embargo, tahun 2003 Amerika dengan sekutu-sekutunya menginvasi Irak, menggulingkan pemerintahan, dan membentuk pemerintahan boneka. Dalam aksinya ini, Amerika telah membunuh ribuan kaum Muslimin, baik anak-anak, orang tua, maupun wanita. Semuanya demi kepentingan Amerika dan sekutunya. Apakah aksi-aksi brutal ini bukan sebuah bentuk teror, bahkan puncak dari teror ? Dus, Amerika dan sekutunya adalah teroris bahkan teroris sejati? Sayangnya media massa menyebut warga Irak yang mempertahankan negaranya dari agresi Amerika itulah yang teroris, fundamentalis, ataupun pemberontak.
Contoh serupa terjadi di negeri-negeri kaum Muslimin lainnya, seperti Afghanistan, dan Pakistan. Bahkan contoh kasus negeri Muslim Palestina yang dijajah sejak tahun 1948 oleh Israel atas restu Amerika dan sekutunya, lebih menunjukkan lagi bahwa Amerika benar-benar teroris sejati. Serangkaian teror yang dilakukan agresor Israel atas kaum Muslimin Palestina tidak pernah mendapatkan sanksi. Tentu saja karena Israel dibesarkan dan dibela oleh Amerika. Setiap tahun, Amerika memberikan bantuan ekonomi kepada Israel tak kurang dari 3 miliar dolar USA. Ini belum terhitung bantuan militer yang dipergunakan untuk melakukan politik terornya kepada bangsa muslim Palestina yang tak bersenjata.
Jadi, semuanya sangat tergantung kepada definisi teror dan terorisme yang saat ini didominasi oleh definisi yang dibuat Amerika dan sekutu-sekutunya. Seandainya mereka membuat definisi standar "teror dan terorisme" yang dapat diterima semua pihak, mereka (Amerika) adalah pihak pertama dan teratas yang menempati daftar teror dan terorisme.
Jika definisi teror adalah membunuh rakyat sipil yang tak berdosa; anak-anak, wanita dan orang tua, maka mereka adalah teroris paling pertama, teratas dan terjahat yang dikenal oleh sejarah umat manusia. Mereka telah membantai jutaan rakyat sipil tak berdosa di seluruh dunia; Jepang, Vietnam, Afghanistan, Iraq, Palestina, Chechnya, Indonesia dan banyak negara lainnya.
Jika definisi teror adalah membom tempat-tempat dan kepentingan-kepentingan umum, mereka adalah pihak yang pertama, teratas dan terjahat yang mengajarkan, memulai dan menekuni hal itu.
Jika definisi teror adalah menebarkan ketakutan demi meraih kepentingan politik, maka merekalah yang pertama, teratas dan terjahat yang melakukan hal itu di seluruh penjuru dunia.
Jika definisi teror adalah pembunuhan misterius terhadap lawan politik, maka mereka adalah pihak pertama, teratas dan terjahat yang melakukan hal itu.
Jika definisi mendukung teroris adalah membiayai, melatih dan memberi perlindungan kepada para pelaku kejahatan, maka mereka adalah pihak yang pertama, teratas dan terjahat yang melakukan hal itu. Mereka bisa berada di balik berbagai kudeta di seluruh penjuru dunia. Aliansi Utara di Afghanistan, John Garang di Sudan, Israel di bumi Islam Palestina, Serbia dan Kroasia di bekas negara Yugoslavia, dan banyak contoh lainnya merupakan bukti konkrit tak terbantahkan bahwa The Real Terrorist adalah Amerika dan sekutu-sekutunya!
Terorisme, Perang Melawan Siapa?

Kini menjadi jelas siapa sebenarnya teroris sejati. Amerika bersama sekutunya telah melakukan teror kepada Islam dan kaum Muslimin sejak lama, diketahui bahkan direstui oleh dunia internasional. Ini sungguh tidak adil. Dunia diam saja dengan jumlah korban yang mencapai ratusan ribu dari umat Islam, namun berteriak-teriak lantang dan dipublikasikan luas jika dari pihak Amerika dan sekutunya yang terbunuh.
Sekilas realita teror dan terorisme ini cukup memberi contoh bentuk teror yang hari ini wujud di pentas dunia. Perang terhadap terorisme yang dikampanyekan oleh dunia internasional hari ini, di bawah arahan Amerika, tanpa memberi definisi dan batasan yang jelas terhadap "teror dan terorisme" telah menjadi alat efektif kekuatan pembenci Islam, untuk memerangi Islam dan kaum Muslimin. Melalui kampanye media massa dan elektronik internasional, "teror dan terorisme" telah didistorsikan dan dikaburkan sedemikian rupa; definisi, batasan, substansi, tujuan dan bentuk kongkritnya.
Adapun jika definisi teror dan terorisme distandarisasi, maka mereka yang akan menjadi pihak yang paling pertama, teratas dan terjahat yang terkena definisi tersebut. Oleh karenanya, mereka enggan memberikan definisi teror dan terosrime. Satu-satunya hal yang bisa dipahami seluruh umat manusia di dunia saat ini, bahwa "teror dan terorisme" versi hukum internasional (PBB yang mewakili kepentingan Amerika dan negara-negara adidaya lainnya) adalah Islam dan umat Islam, terutama umat Islam yang ingin hidup di dunia ini dengan merdeka penuh, bertauhid dan membela orang bertauhid, serta  ingin menjalankan Islam secara kaafah.
Wallahu’alam bis Showab!.

read more

Kamis, 17 September 2009

Soal Jawab : Hisab Astronomis dalam Masalah Puasa

Kamis, 17 September 2009
0 komentar

read more

Rabu, 16 September 2009

Soal Jawab : Hisab Astronomis dalam Masalah Puasa

Rabu, 16 September 2009
0 komentar
Pertanyaan:
Bolehkah berargumentasi menggunakan hisab astronomis terhadap waktu-waktu puasa dan berbuka sebagaimana berargumentasi menggunakan hisab astronomis terhadap masalah waktu-waktu shalat?
Jawab:
Allah SWT menuntut kita untuk beribadah menyembah-Nya sebagaimana yang diminta oleh-Nya. Jika kita beribadah dengan selain yang diminta maka kita telah berbuat buruk meskipun kita beranggapan kita sedang berbuat baik.
Allah SWT meminta kita untuk berpuasa dan berbuka karena rukyat hilal. Allah SWT menjadikan rukyat sebagai sebab puasa dan berbuka
«صُوْمُوْا لِرُؤْيَتِهِ وَأَفْطِرُوْا لِرُؤْيَتِهِ»
Berpuasalah kamu karena melihat hilal (ru’yat al-hilal) dan berbukalah kamu karena melihatnya
Jika kita melihat hilal Ramadhan maka kita berpuasa dan jika kita melihat hilal Syabab kita pun berbuka.
Jika kita tidak melihat hilal syawal karena misalnya tertutup mendung, maka kita genapkan puasa hingga meskipun hilal itu secara riil sudah ada; akan tetapi kita tidak melihatnya dikarenakan adanya sesuatu yang menghalangi rukyat itu. Artinya kita tidak berpuasa dan berbuka karena datangnya awal bulan secara hakiki. Hadis yang ada secara jelas menyatakan hal itu:
«فَإِنْ أُغْمِيَ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوْا عِدَّةَ شَعْبَانَ»
Jika kalian terhalang mendung (untuk melihat hilal) maka genapkanlah hitungan Sya’ban
Allah SWT tidak membebani kita untuk beribadah menyembahnya dengan selain yang diminta. Misalnya, seandainya hisab mengatakan secara pasti bahwa besok Ramadhan –dan sekarang hisab astronomis bisa menetapkan posisi-posisi bulan sejak kelahiran bulan sampai menjadi bulan purnama kemudian mengecil kembali dengan hitungan dalam detik- tetapi kita tidak melihat hilal karena misalnya tertutup mendung, maka orang yang berpuasa berdosa, perlu diketahui bahwa Ramadhan secara hakiki telah mulai. Dia berdosa karena hilal tidak terlihat (tetapi ia berpuasa). Yang wajib dalam kondisi tersebut adalah menggenapkan Sya’ban 30 hari kemudian esoknya baru berpuasa. Maka orang yang berpuasa berdasarkan hakikat Ramadhan dalam kondisi ini dia berdosa karena dia menyalahi yang diminta. Dan sebaliknya orang yang menggenapkan hitungan Sya’ban sehingga ia tidak berpuasa meski hilal secara riil sudah ada akan tetapi tertutup mendung sehingga tidak terlihat, maka ia mendapatkan pahala karena mengikuti hadits.
Dari sini jelaslah bahwa kita tidak boleh berpuasa dan berbuka karena hakikat bulan, tetapi karena melihat hilal (ru’yat hilal). Maka jika kita melihat hilal kita berpuasa dan jika kita tidak melihatnya maka kita tidak berpuasa hingga meskipun bulan secara riil menurut hisab telah mulai.
Jika datang beberapa orang saksi yang menyampaikan kesaksian mereka melihat (ru’yat) maka perlakuan terhadap mereka itu seperti perlakuan terhadap suatu kesaksian. Jika orang yang bersaksi itu seorang muslim dan bukan orang fasik maka kesaksiannya diterima. Jika tampak bahwa orang yang memberikan kesaksian itu non muslim dan tidak adil yaitu dia seorang yang fasik maka kesaksiannya tidak diterima.
Penetapan kefasikan seorang saksi dilakukan dengan bukti-bukti syar’iy, bukan dengan hisab astronomis. Yaitu hisab astronomis tidak bisa dijadikan hujah atasnya. Jadi tidak bisa Anda katakan bahwa kelahiran bulan baru beberapa saat yang lalu sehingga tidak (mungkin) terlihat …– Sudah diketahui bersama bahwa ada perbedaan diantara ahli astronomis tentang berapa jam setelah kelahiran bulan hilal mungkin dilihat–. Jadi argumentasi hisab astronomis tidak bisa digunakan terhadap orang yang memberikan kesaksian itu. Akan tetapi orang tersebut bisa diajak diskusi dan ditegaskan penglihatannya dan dia ditanya dimana hilal itu, adakah orang lain yang juga melihat, begitulah. Kemudian kesaksiannya diterima atau ditolak berdasarkan asas seperti itu.
Siapa yang mendalami nas-nas yang dinyatakan dalam masalah puasa, ia akan mendapati bahwa nas-nas itu berbeda dengan nas-nas yang dinyatakan dalam masalah shalat. Puasa dan berbuka telah dikaitkan dengan rukyat (melihat hilal).
« صُوْمُوْا لِرُؤْيَتِهِ وَأَفْطِرُوْا لِرُؤْيَتِهِ »
Berpuasalah kami karena melihat hilal (ru’yat al-hilal) dan berbukalah kamu karena melihatnya
فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ
Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu (QS al-Baqarah [2]:185)
Jadi rukyat adalah hukum.
Sedangkan dalam masalah shalat, nas-nas syara’ telah mengaitkan shalat dengan waktu.
أَقِمِ الصَّلَاةَ لِدُلُوكِ الشَّمْسِ …
Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir … (QS al-Isra’ [17]: 78)
« إِذَا زَالَتْ الشَّمْسُ فَصَلُّوْا»
Jika matahari telah tergelincir maka shalatlah kalian
Jadi shalat disandarkan pada waktu. Maka dengan wasilah apapun Anda bisa menetakan waktu itu, Anda boleh menunaikan shalat. Jika Anda melihat matahari untuk mengetahui waktu tergelincirnya atau Anda melihat bayangan untuk mengetahui bayangan sesuatu itu sama atau lebih panjang sebagaimana yang dinyatakan didalam hadis-hadis tentang waktu-waktu shalat. Jika Anda melakukan itu dan Anda bisa menetapkan waktu shalat, maka shalat Anda sah. Jika Anda tidak melakukannya tetapi Anda menggunakan hisab astronomis sehingga Anda mengetahui waktu tergelincir matahari adalah jam sekian lalu Anda melihat arloji Anda tanpa keluar melihat matahari atau bayangan benda, maka shalat Anda juga sah. Artinya, waktu itu bisa dicapai (ditetapkan) menggunakan wasilah apapun. Kenapa? Karena Allah SWT menuntut Anda agar menunaikan shalat karena masuknya waktu dan menyerahkan kepada Anda untuk menetapkan masuknya waktu itu tanpa ditentukan tatacara penetapannya. Sedangkan puasa, Anda dituntut untuk berpuasa dengan rukyat dan untuk Anda telah ditentukan sebab, bahkan lebih dari itu nas berkata kepada Anda “Jika rukyat tertutup mendung sehingga Anda tidak bisa melihat hilal, maka jangan berpuasa hingga meskipun Hilal itu ada di balik mendung dan Anda merasa yakin eksistensi hilal itu menggunakan hisab astronomis.”
Sesungguhnya Allah SWT adalah pencipta alam semesta ini. Dia lah yang mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahui manusia. Pengetahuan tentang pergerakan benda-benda langit dan detil-detilnya adalah karunia Allah SWT kepada manusia. Akan tetapi Allah SWT tidak menuntut kita agar bersandar kepada hisab astronomis untuk berpuasa, akan tetapi justru menuntut agar kita bersandar kepada rukyat. Maka kita beribadah menyembah Allah SWT sebagaimana yang dituntut dan kita tidak menyembah Allah SWT dengan apapun yang tidak dituntut dari kita.
Demikianlah, hanya rukyat sajalah hukum dalam masalah puasa dan berbuka, bukan hisab astronomis. Berdasarkan hal itu, kami katakan ketidakbolehan hisab astronomis dijadikan sandaran dalam masalah puasa dan berbuka. Akan tetapi masalah puasa dan berbuka itu hanya berdasarkan rukyat saja karena rukyat itulah yang dinyatakan di dalam nas-nas yang ada dalam masalah tersebut.
2 Syawal 1424 H
25 November 2003 M
(sumber : al maktab al I’lami li Hizb at Tahrir)

read more
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 

Follow me in the Fb

Followers

Page Range

Mutiara Kata

“Kita asyik dengan pertarungan militer, sukses menempa hati ikhlas, berhasil menciptakan cinta mati syahid. Tetapi, kita lalai memikirkan kekuasaan (politik). Kita tak sepenuh hati menggelutinya. Kita masih memandang bahwa politik adalah barang najis. Akhirnya, kita sukses mengubah arah angin; kemenangan dengan pengorbanan yang mahal bisa kita raih. Tetapi, menjelang babak akhir, saat kemenangan siap dipetik, musuh-musuh melepaskan tembakan ‘rahmat’ untuk menjinakkan kita.” (Tokoh Jihad Afghan-Arab)